[caption id="attachment_71165" align="alignleft" width="136" caption="Agus Gunarto (ashoka.org)"][/caption]
Pada tanggal 12 Januari yang lalu saya menulis artikel di Kompasiana tentang Agus Gunarto, manusia langka dari Tlogomas.Agus memang manusia langka, karena selain mendapatkan sekeping platina seberat 250 gram dalam kompetisi teknologi tingkat dunia di Emperor College, Inggeris, namanya juga juga terpateri di Museum Emperor di Inggeris, bersanding dengan Thomas Alfa Edison, penemu bola lampur pijar.
MCK Terpadu, penemuannya pada tahun delapan puluhan, telah menjadi model penanganan limbah rumah tangga skala komunitas yang tepat guna dan ramah lingkungan, yang kemudian dikenal dengan nama sanitasi berbasis masyarakat atau Sanimas. Sistem Sanimas sekarang sudah banyak dilaksanakan di banyak kota dan dampaknya sudah mulai terasa, lingkungan permukiman yang tadinya kotor dan bau berangsur-angsur menjadi bersih dan nyaman.
Penghargaan demi penghargaan telah diterima Agus Gunarto. Undangan untuk memberikan ceramah di berbagai konferensi nasional maupun internasional terus mengalir.Tadi sore Pak Agus datang menemui saya di kantor. Penampilannya tetap lugu dan sederhana. Dia datang langsung dari Malang, dan mampir di Jakarta, untuk meneruskan perjalanannya besok ke Hyderabad, India. Tidak lain kecuali untuk menghadiri konferensi internasional dan memberikan ceramah disana.
Dia tetap tidak berubah sejak saya bertemu terakhir kalinya lebih dari sepuluh tahun yang lalu. Dia kembali menceritakan pengalamannya sewaktu memenangkan loba teknologi di London itu. Dia sampai pingsan pada saat itu karena begitu terkejut atas kemenangannya mengalahkan ratusan profesor yang turut dalam lomba tersebut, “padahal saya cuma menciptakan kapal terbang…tinja”, katanya sambil tertawa. Dibalik pembawaannya yang sederhana, dia memiliki potensi dan kemampuan yang jarang dimiliki oleh orang lain.
Dengan bangga dia mengatakan bahwa kampung Tlogomas sekarang sudah seluruhnya dilayani oleh MCK Terpadu. Selain itu sistem yang sama sudah dibangun di sepuluh lokasi lainnya di Kota Malang. Dia sangat senang sewaktu saya perlihatkan artikel saya tentang dia yang dimuat di Kompasiana. Dia memberikan pada saya rekaman video mengenai pengalaman dirinya yang telah ditayangkan di Trans TV beberapa bulan yang lalu.
Sebelum berpisah di lobi kantor tadi sore, saya jabat erat-erat tangannya. Saya mengucapkan selamat jalan, semoga selamat di perjalanan, dan kembali ke tanah air dengan meninggalkan nama baik bangsa Indonesia di luar negeri.
Semoga bermunculan Agus Gunarto lainnya yang bisa mengharumkan nama bangsa ini di dunia internasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H