[caption id="attachment_116230" align="alignleft" width="236" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock.com)"][/caption]
Air minum dalam kemasan, atau air botolan, atau kadang-kadang juga disebut air galon sekarang ini sudah banyak digunakan oleh masyarakat. Air minum kemasan memang praktis karena mudah dibawa-bawa, dan kita dapat menikmati air minum kapan dan dimana saja kita mau, karena air minum kemasan banyak dijual di toko-toko dan warung-warung. Tapi, tahukah anda, seberapa amankan sebenarnya air minum kemasan itu?
Air minum kemasan yang dijual dalam botol plastik sebenarnya bisa menimbulkan zat beracun yang berasal dari botol plastik yang menjadi wadah air kemasan, apabila dibiarkan lama terkena panas matahari, karena wadah plastik itu akan larut dalam air. Reader’s Digest edisi Februari 2008 memuat artikel khusus mengenai penggunaan air minum kemasan dan bahaya zat antimony yang berpotensi menimbulkan racun.
Memang, sebagaimana silang pendapat mengenai zat kimia yang selalu terjadi, resiko yang sebenarnya terhadap kesehatan masih belum jelas. Para peneliti dari Jerman menemukan bahwa makin lama air kemasan itu beredar diluar, makin besar potensi pertumbuhan zat yang beracun tersebut. Konsentrasi antimony yang tinggi dapat menyebabkan mulas, muntah dan diare.
Tapi anda jangan terlalu kuatir, air kemasan masih aman asal kita tahu bagaimana cara mendapatkannya. Pertama, carilah air kemasan dari merek yang terkenal, karena umumnya sudah mendapat sertifikat layak minum dari Balai POM, meskipun harganya sedikit lebih mahal, karena anda tidak mau mengambil resiko kesehatan anda terganggu bukan? Meskipun sudah membeli merek yang sudah ternama, jangan membeli air kemasan yang berasal dari stok yang sudah lama, atau yang segelnya sudah rusak, atau yang berada pada rak yang selalu terkena panas matahari.
Sekarang ini banyak beredar air kemasan dari merek yang tidak ternama , yang proses pembuatannya diragukan, apalagi yang tidak memiliki sertifikat dari Badan POM. Demikian juga air yang dijual dalam botol besar yang disebut galon, yang diisi air yang katanya sudah diolah, dan disebut air isi ulang. Jangan pula terpengaruh oleh iklan-iklan air kemasan yang tampaknya menarik dan meyakinkan, padahal kadang menyesatkan.
Apabila anda terpaksa membeli air kemasan, segera habiskan air anda, jangan disimpan terlalu lama, dan jangan disimpan di dalam kendaraan atau bis yang selalu kena panas matahari. Jangan gunakan botol plastik wadah air kemasan untuk menyimpan air anda, buanglah wadah plastik itu dengan semestinya.
Air kemasan sebenarnya lebih cocok untuk digunakan dalam perjalanan, atau dalam pertemuan, karena alasan kepraktisan. Menggunakan air kemasan untuk keperluan minum di rumah sebenarnya kurang tepat, disamping harganya jauh lebih mahal, juga bahaya racun dari wadah plastik yang saya sebutkan diatas. Lalu apa solusinya?
Apabila rumah anda memiliki saluran air PAM, sebaiknya air PAM itulah yang digunakan untuk keperluan minum sehari-hari, dengan cara memasak terlebih dahulu. Apabila kualitasnya kurang bagus, gunakanlah saringan air untuk membersihkannya, misalnya saringan pasir dan karbon aktif, atau saringan keramik, sebelum dimasak dan dikonsumsi.
Air sumur juga bisa digunakan, asal tidak ada kandungan logam beratnya, atau kadar besi dan mangannya rendah. Apabila menggunakan saringan keramik, maka air dapat langsung diminum, karena sudah bebas bakteri, sehingga anda menghemat biaya bahan bakar untuk memasak.
Kualitas air PAM umumnya sudah cukup baik karena sudah melalui proses pengolahan yang lengkap. Apabila ada air PAM yang keruh atau kotor, itu umumnya karena pengaruh kontaminasi pada pipa distribusi yang mengalirkannya ke rumah kita. Dengan melakukan pengolahan sederhana seperti diatas, maka air PAM menjadi layak minum, dan anda akan menghemat uang anda untuk tidak membeli air kemasan.
Apabila anda tetap ingin menggunakan air kemasan untuk keperluan minum anda, sebaiknya gunakan pada waktu dan tempat yang sesuai, misalnya dalam perjalanan atau pertemuan. Dan beberapa tip diatas mungkin perlu dipertimbangkan. Mencegah lebih baik daripada mengobati, demikian pesan yang selalu saya ingat dari dokter langganan saya.
Salam Kompasiana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H