Bulan Ramadhan merupakan bulan mulia, dimana spirit keberagamaan umat Islam meningkat tajam selama satu bulan. Acara-acara keagamaanpun merebak dimana-dimana dan dilakukan oleh hampir semua kalangan, khususnya acara buka bersama dan pengajian-pengajian lainnya.
Salah satu yang cukup banyak dicari adalah para ustadz yang diminta untuk memberikan tausiyah atau siraman rohani untuk mempertebal kemanan di bulan suci ini.
Ada satu kebiasaan unik di masyarakat terkait dengan kehadiran ustadz dalam setiap momen keagamaan. Saat ini bisa dibilang ustadz menjadi salah satu 'profesi' yang cukup menjanjikan seiring dengan peningkatan sisi religius masyarakat.
Demi menghargai seorang ustadz, masyarakat biasanya memberikan bisyarah atau uang. Hal ini juga biasa disebut dengan amplop. Dari amplop-amplop tersebut, jumlahnya bisa mencapai angka yang fantastis, tergantung dari popularitas ustadz itu sendiri.
Bagi para ustadz amplop ini bisa menjadi berkah, tapi bisa juga menjadi musibah. Pasalnya, hal ini akan berpengaruh terhadap ketulusan seseorang dalam mensyiarkan agama. Terkadang niat berdakwah bisa berubah menjadi sekedar mencari amplop jika hati tidak dijaga.
Poularitas, dihormati masyarakat, serta mendapat amplop menjadi daya tarik tersendiri ketika bergelut ke dunia dakwah. Hal inilah yang terkadang melalaikan sehingga tujuan dakwah menjadi berubah.Â
Penulis pribadi juga seringkali dianggap 'ustadz' yang diminta untuk mengisi pengajian di beberapa tempat. Dengan adanya amplop yang diberikan, niat untuk syiar kadang bisa terdistraksi. Cukup sulit untuk menjaga niat kalau setiap saat dibmbardir dengan materi seusai memberikan ceramah atau pengajian.
Maka kalau meneliti kembali sejarah, para ulama atau pendakwah jaman dulu biasanya mempunyai pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sedangkan berdakwah merupakan kewajiban yang dijalankan sesuai tuntunan agama tanpa mengharapkan imbalan materi. Tapi tampaknya hal ini sulit diikuti oleh generasi sekarang karena pesona amplop yang cukup menggiurkan.
Pastinya banyak ustadz dan kyai yang masih tulus berjuang demi umat, tapi fenomena amplop ustadz ini juga tak bisa dipandang sebelah mata karena begitu menggejala di masyarakat.
Kalau menurut pengalaman pembaca gimana? Â