Haikal Hasan, adik Rizieq Shihab mengunggah sebuah video yang cukup unik. Ia meminta Jokowi untuk mengundurkan diri dengan alasan rakyat tak lagi menghendakinya karena kecurangan masif dalam pemilu kali ini. Padahal kecurangan selama ini dihembuskan oleh Prabowo dan timsesnya, termasuk Haikal Hasan sendiri.
"Kepada para pemimpin bangsa yang terhormat. Tentu semua paham di depan kita ada pintu gerbang destabilisasi nasional. Selangkah lagi kita akan memasukinya bila tidak diambil tindakan yang tepat. Saat ini tindakan yang tepat kami usulkan kepada Bapak Jokowi yang arif dan bijak, yang meiliki sensitivitas kerakyatan kebangsaan dan kedaulatan yang tinggi, lebih baik Pak Jokowi mengalah untuk negara. Serahkan saja kepada Bapak Prabowo sambil bapak awasi. Pak Jokowi, anda akan dikenang sebagai bapak bangsa yang terhormat, akan dikenang sebagai pemimpin yang cinta pada rakyat.Â
Lho kenapa bukan Prak Prabowo yang mengalah? Begini Pak! Pak Prabowo bisa saja mengalah, tapi rakyat di bawah sana sudah tidak akan terima bila hal itu terjadi. Kepercayaan mereka sudah punah dengan melihat kecurangan yang masif. Bapak akan dikenang sebagai Presiden CURANG dan kepercayaan akan punah. Percayalah Pak, jumlah mereka banyak. Camkan, mudah-mudahan disadari!"
Mereka yang menghembuskan kecurangan sendiri, mengompori pendukung sendiri, lantas Jokowi yang disuruh mengalah. Lucu sekali.
Mungkin baru kali ini terjadi di Indonesia.
Kalau Jokowi disuruh mengalah, untuk apa pemilu dilakukan sampai menghabiskan banyak biaya dan mengorbankan banyak nyawa. Bukankah seharusnya mereka yang memprovokasi massa yang harus menahan diri, bukannya mengancam Jokowi.
Seandainya kecurangan masif benar-benar terjadi, mereka harus mengumpulkan data kemudian melaporkan kepada yang berwenang, bukan hanya sekedar koar-koar di media sosial saja.
Negara punya aturan, tapi selama ini BPN selalu bersikap semaunya sendiri, mengklaim kemenangan sendiri, syukuran kemenangan sendiri, padahal hasil resmi saja belum keluar.
Sungguh ironis dan memprihatinkan.