Klaim kemenangan Prabowo pada pilpres kali ini didasarkan pada perhitungan exit poll dan quick count internal BPN. Sebelumnya para elite BPN harap-harap cemas menantikan hasil quick count dari berbagai lembaga survei. Akhirnya, hasilnya keluar dan pasangan Jokowi-Maruf Amin yang unggul. Para elite BPN segera menyusun strategi untuk menolak hasil tersebut, maka dihembuskanlah isu kecurangan yang masif, terstruktur, dan sistematis.
Di sisi lain, tim hitung BPN berusaha memberikan angka kemenangan untuk Prabowo-Sandi. Angka yang diharapkan pun keluar juga. Direktur Kampanye BPN yang mengeluarkannya, yaitu sebesar 62 %.
Berbekal angka tersebut, Prabowo mengumumkan kemenangannya.
Belakangan, angka kemenangan BPN itu disorot oleh lawan. TKN berusaha menyelidiki darimana angka-angka tersebut didapatkan. Hasilnya cukuup mengejutkan, TKN menemukan ada 'rekayasa' di sana.
"Kita dapat file-nya itu dari sosial media, tapi sekarang sudah hilang itu barang, mungkin semenjak kita rilis, kemudian dianggap itu membahayakan, maka itu dihilangkan," ujar Direktur Saksi TKN Lukman Edy seperti dilansir dari detik.com (26/4/2019).
Tak hanya sampai disitu, hasil penelusuran TKN mendapatkan hasil bahwa angka 60-an persen kemenangan BPN itu didapat dari 105 TPS, itupun diambil dari TPS yang memenangkan Prabowo.
"Kita trace, ternyata hanya 105 TPS dan itu juga TPS yang mereka menang saja. TPS yang kalah dibuang, sehingga kemudian menjadi 64,9 persen. Kami dibilang hanya 35 persen. Jadi ternyata apa yang mereka sampaikan kemenangan itu kalau kita sisir, kita bongkar, di Jawa Tengah itu bohong belaka," lanjut Lukman.
Lebih mengejutkan lagi, klaim kemenangan BPN di Sulawesi Utara dengan angka 57 Persen ternyata hanya didapatkan dari satu TPS saja.
Kalau seperti ini, masihkah angka-angka tersebut kredibel dan valid?
Mungkin BPN punya penjelasan lain. Kita tunggu saja jawabannya.