Permohonan
Saya akhirnya tahu, kau memiliki permohonan yang diucapkan pada tahun ini. Bulan ke tiga kalau tak salah ingat, kau mengatakan dengan jelas dan intonasi yang pas. Kau bilang tentang suatu pernikahan, permohonan itu berbunyi begini; "Jadi, untuk waktu yang akan berputar nanti atau bisa dibilang kedepannya, tetaplah bersamaku maka kita akan melakukan hal-hal yang barangkali tidak pernah terpikirkan sebelumnya."
Saya yakin, itu tidak diikuti adegan romantis seperti di film-film yang pernah saya saksikan per tahun dan adegannya pun bermacam-macam. Saya hanya tahu, kau mengatakan dengan serius (meskipun kau kadang-kadang nampak lucu dengan keseriusan itu). Namun, di lain sisi seorang yang diberi permohonanmu tersipu malu-malu.Â
Wajahnya memerah, ia tersenyum ceria. Sungguh, kau akan betah memandangnya. Bahkan selain dalam keadaan ini pun, misalnya ketika ia bangun tidur lupa mengelap liur yang keluar dari mulutnya atau justru kau bilang pemandangan cantik sewaktu ia mengomel nanti ditambah marah-marah perihal sepele; kau meletakkan kunci motormu di saku jeans sebelah kiri tetapi melupakannya, sehingga kau menuduh ia yang menyimpannya entah di rak meja rias sebelah mana.
Saya pernah bertanya kepadamu, "Kapan kau akan menikah jika kita membicarakan suatu kebahagiaan tetapi kau mencoret pernikahan dari daftar bahagia?"
Kau tersenyum, senyum yang saya sukai. Ini melebihi teh manis, atau dibandingkan hal-hal manis lainnya pasti kau pemenangnya. Untuk alasan-alasan itu, saya punya mata sendiri dalam melihatmu.
"Mungkin ketika nanti menemukan seseorang yang tidak pernah saya kira sebelumnya. Ia yang mengejutkan, dan keterkejutan itu membuat saya bertanya-tanya, apakah ketika saya menyelaminya semakin menemukan kejutan lain-lain? Sehingga saya tidak perlu memikirkan poin-poin untuk mengantisipasi rasa bosan yang memuakkan."
Kau bilang dengan begitu tulus, matamu memandang ke arah jauh. Saya seperti bisa melihat kamu sedang membuat harapan. Mengenai seseorang yang akan menerobos dinding pertahananmu. Nyatanya, pada tahun ini saya menemukanmu dengan harapan yang terwujud.
"Saya akan menikah."
"Dia perempuan seperti apa?" Tanya saya penasaran.
"Unik. Dia berbeda pemikiran dengan saya, yang membuat saya bisa menyelami dunia baru. Ia mengajak menemukan wahana-wahana yang lucunya membuat saya berdebar tak karuan. Saya sesekali menyangkalnya, tapi lambat laun saya sadar. Seilusi apapun yang ia berikan, saya mempercayainya. Dia ataupun saya telah menemukan apa yang kami cari selama ini; kebahagiaan. Dan saya rela membuat permohonan kepadanya."
Saya tertawa, benar. Kau selalu bersemangat  menceritakan apapun kepada saya. Bahkan saya ingat kau pernah menceritakan runtutan bagaimana menyeduh kopi instan penyebab sakit kepalamu hingga terjaga sepanjang malam.
"Ada yang lucu?"
Mendengar pertanyaanmu, saya menggeleng pasrah. "Tidak, mungkin saya hanya terkejut. Ini seperti kejutan yang tidak pernah saya sangka."
Kau mengelus kepalaku, "Ya. Semoga kau pun nantinya diberikan permohonan oleh seorang yang akan mengajakmu berkeliling menikmati warna-warna hidup, Riss."
"Ahaha, ya. Nanti."