Siang hari sangat panas. Kurasakan hal itu saat ini, ketika udara begitu berdebu,crowded dan seterusnya. Begitulah negeriku ini. Aku membutuhkan AC sekarang, AC yang mungkin bisa menambah polusi saja. Membantu sekejap dan selanjutnya ....Braakkksss...crush.. crush.. crush...Aku melesat dan akhirnya berenti di halte bus menuju rumahku di Cibubur. Beberapa teman lelakiku yang benrama Ali, Daniel, Indra dan Roni duduk dikursi empuk sportage nya yang mengkilap. Dan baru saja aku meliat Ellie membawa mobil jazz merahnya dengan lembut. Dalam hati aku bergumam, andai ayah sekaya dan segampang itu memberiku hadiah mobil mewah. Hmmm... Sesekali aku melirik kearah kiri, kanan dan depan halte. Ketika kurasakan ada sesuatu yang membuatku terganggu. Yup, benar sekali, bau yang sangat menyengat. Setelah kucari asal muasal “smellgreat” yang membuatku terganggu itu akhirnya aku memergokinya sedang bersembunyi disamping tiang halte yang lumayan tinggi. Seonggok sampah yang sudah tidak muat nampaknya. Terdapat beberapa bekas air mineral, snack, dan sampah-sampah yang umumnya an-organik. Hatiku begitu tersayat melihat keadaan halteyang sangat tidak nyaman ini. Pantas saja orang-orang lebih memilih membawa kendaraan sendiri untuk aktivitas sehari-harinya. Mereka tidak menyadari bahwa aku kesepian sekarang, tidak ada Nadia, Erwin, Jamila, Jannah yang selalu menemaniku duduk di halte bus. Mereka telah melupakanku. Mereka tidak tahu aku duduk sendiri di halte bus menghirup setiap polusi yang menyesakkan. Mereka juga tidak menghiraukanku setiap hari harus berdiri lebih lama didalam bus yang kursinya saja sudah tak layak pakai. Pikiran mereka lebih singkat, mungkin. Mereka membawa kendaraan mereka sendiri dan membuat kota kebanggaanku menjadi penuh sesak. Mereka juga tidak sadar kemacetan yang telah mereka buat seolah-olah bukanlah dampak dari padatnya kendaraan yang umunya kendaraan pribadi. Banyak sudah bus-bus menuju rumahku sudah tinggal barang “zonk” yang seolah menjerit-jerit meminta pertanggung jawaban. Ditambah lagi keadaan sekarang halte yang sudah 6 tahun kutempati untuk menunggu bussemakin memburuk. Tidak adanya pelayanan yang baik untuk halte.
Tiiiinnnn.... Tiiiiinnnn..... Bus yang kutunggu akhirnya datang juga. Aku bangga dengan bus yang sekarang kutumpangi. Meskipun aku sekarang harus berdiri sampai rumah. Setidaknya aku dapat mengurangi kepadatan kendaraan di kotaku. I hate crowded.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H