KKN UMD Unej 76 Koncer Kidul, Pada hari Senin 24 Juli 2023 melakukan kunjungan ke daerah industri genteng Dusun Krajan Desa Koncer Kidul Bondowoso. Hal ini merupakan bentuk aktivitas kita sebagai Mahasiswa dalam melakukan penerapan tri dharma perguruan tinggi salah satunya adalah Pengabdian Kepada Masyarakat.
Ditemani oleh Kepala Dusun (Pak Kampung / Pak Kadus / Pak Dusun) Krajan kita berkeliling daerah tersebut untuk mempelajari aktivitas masyarakat dalam industri rumahan mereka yakni pembuatan genteng. Daerah Krajan merupakan salah satu daerah unik yang berada di Desa Koncer Kidul Bondowoso, karena hampir setiap kita blusukan ke tempat-tempat atau rumah warga di Dusun tersebut, rata-rata aktivitas yang mereka lakukan setiap harinya adalah membuat genteng. Â
Pak Buhari selaku Kepala Dusun Krajan menuturkan kepada kami, bahwa dusun ini memang dusun yang memiliki ciri khas yakni warganya yang terampil dalam pembuatan genteng. Namun dikarenakan industri yang dikelola oleh masyarakat ini merupakan industri rumahan, jadi tentu banyak sekali keterbatasan yang nampak sekali dialami oleh warga Dusun Krajan tentunya. Salah satunya adalah alat penggilingan. Proses yang pertama dari pembuatan genteng yaitu adalah penggilingan tanahÂ
Keterbatasan kemampuan ekonomi dari masyarakat Dusun Krajan mengharuskan warganya menyewa alat ini, dengan cost yang dikeluarkan sekitar Rp. 20.000,00 - Rp. 35.000,00 untuk sekali pemakaian. Keharusan dalam penggunaan alat ini, tidak luput karena fungsinya yaitu memisahkan bahan padatan dari tanah termasuk kerikil, kerakal, batuan, dan juga bongkahan material lainnya. Input dari alat ini adalah tanah, terkhusus adalah tanah lempung (baca: Tanah Lempung). Tanah yang digunakan oleh pengrajin genteng ini juga merupakan tanah yang dibeli dari penjual tanah dan bukan merupakan tanah yang mereka kelola sendiri "tutur Pak Buhari". Mereka (masyarakat) membeli tanah ini seharga kurang lebih Rp. 80.000,00 untuk 1 truknya dan setelahnya lanjut diproses oleh pekerja untuk digiling melalui alat tersebut .Setelah melalui proses penggilingan, maka selanjutnya adalah pencetakan tanahÂ
Tanah tersebut dicetak melalui alat seperti gambar di atas ini, sebelum masuk ke alat tersebut, tanah diolesi minyak jelantah atau solar sebagai pelumas agar tanah lebih mudah dibentuk. Para pengrajin biasanya juga memadatkan tanah terlebih dahulu sebelum memasukan ke dalam alat pencetak ini. Setelah tanah selesai dicetak, maka tanah tersebut akan didiamkan untuk dikeringkan secara udara sampai tanah memadat. Tidak lama setelahnya, tanah baru akan dijemur di bawah terik matahari dengan tujuan memadatkan kembali dan juga menghilangkan kandungan air dari dalam tanah tersebut sehingga nantinya tanah tersebut akan mengeras.
Cukup lama kami melihat masyarakat dalam menggiling dan mencetak tanah serta memperhatikan setiap proses yang dilakukan serta berusaha mengidentifikasi beberapa kerugian / penyakit yang ditimbulkan dari pekerjaan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut. Cukup menarik, karena selain kami juga turut belajar dalam pembuatan genteng, kami juga sedikit banyak bertukar cerita dengan masyarakat terkait kualitas dan harga penjualan genteng di pasaran. Ternyata banyak sekali jenis / model dari genteng yang dihasilkan dari industri genteng di Dusun Krajan ini. Mungkin terdapat sekitar 6 model / jenis yang kita ketahui, namun tidak dapat kami sebutkan dikarenakan kami belum menemukan perbedaan yang jelas dari setiap model genteng tersebut.Â
Terakhir, setelah itu kami melihat step terakhir dari pembuatan genteng yakni pembakaran. Pembakaran genteng, dilakukan agar genteng tersebut berwarna merah dan juga menjadi padat serta kokoh. Waktu dari pembakaran tersebut, kurang lebih 7-8 jam namun dengan catatan dari rentang waktu tersebut, tidak selalu api tersebut menyala. Ada kalanya, api tersebut tidak hidup atau lebih tepatnya posisi hangat di dalam ruang pembakaran. Bahan yang digunakan untuk membakar api tersebut, salah satunya adalah jerami yang ditumpuk dan dibakar di dalam ruangan pembakar.
Setelahnya, kami selesai mengunjungi warga dan berpamitan kepada Bapak Buhari selaku Kepala Dusun Krajan untuk melanjutkan aktivitas kita selanjutnya.Â