Mohon tunggu...
Risnu MRA
Risnu MRA Mohon Tunggu... Penulis - Penulis - Pembelajaran Sejati

Ayahfid. Diploma Montessori. Parenting Enthusiast. Sygma Learning Consultant. Penulis Buku Tentang Kamu - Catatan Perjalanan Makna Penulis, Diorama Rasa, Setetes Air Untukmu

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Rasa Keadilan yang "Hilang" di Negara Indonesia

8 Juli 2021   21:11 Diperbarui: 8 Juli 2021   21:14 737
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagaimana jika kita diperlakukan tidak adil oleh seseorang? Apakah berasa enak aja, biasa aja atau menyakitkan? Jawaban bisa bervariasi dan banyak. Pertanyaan saya memang sengaja terbuka.

Mari kita spesifik kan pada konteks yang lebih sempit. Bagaimana jika kita punya kembaran, lahirnya beda tipis, sama sama jenis kelaminnya (bisa laki-laki atau perempuan) di suatu kondisi orang tua kita memberikan uang saku. Kita diberi 10.000 kembaran kita diberi 50.000, saya perjelas komponennya.

Kegiatan ekstrakurikuler sama sama banyak dan sibuknya. Kebutuhan alat sekolah sama, kebutuhan makan sama. Banyakan sama deh. Nah, apa yang kita rasakan? Sakit banget. "Kok, kenapa aku cuma 10.000 ya? Kan kebutuhannya sama". Dan berbagai macam pertanyaan lainnya bakal muncul.

Rasa adil menimbulkan kenyamanan dan ketentraman. Jika diperlakukan adil, celah suudzon akan sangat tertutup rapat. Tapi, jika tidak adil yah bisa ke mana mana dampaknya. Peliknya dan rumit.

Dalam konteks bernegara, alat keadilan adalah hukum, aturan dan semacamnya.  Sebuah negara akan tentram, enak, nyaman jika penegakkan hukum dilakukan dengan benar, tanpa pandang bulu dan diskriminatif. Rakyat akan percaya pada pemerintah. Pemerintah akan enak mengatur rakyat. Pokoknya sama sama enak deh. Mutualisme banget. Nah, kalo banyak tidak adilnya apa yang terjadi?

Lini masa media kita kemarin kemarin bahkan sampai hari ini banyak sekali mempertontonkan ketidakadilan (hukum). Rasanya teriris hati ini. Ada berita, pejabat tinggi sangat mengistinewakan para WNA yang datang ke Indonesia. Eh padahal lagi PPKM nih. Harusnya bandara diperketat dong. Kalau bisa tutup akses sementara dulu kek. Di sisi lain, ada tuh di jalanan tank tank pada ngetem. Buat jaga jaga katanya. Biar tak pada lewat

 Ada juga berita, ada orang yang buka warung eh digrebek, diangkut semua jualannya tanpa sisa. Nah, apakah sudah diberi "surat cinta" (teguran) dulu itu, kok main-main sikat saja. Ada juga yang diminta dengan baik-baik untuk menutup sementara. Karena masih dalam masa PPKM. Macam-macam.

Di masa sulit, pelik, dan pandemi kali ini kepala dingin memang harus dikedepankan. Penegakan hukum harus jelas dan adil. Tak boleh kasih celah diskriminasi sedikitpun.

Bangsa ini sudah lama kehilangan rasa keadilannya. Untung masih ada "oase-oase" yang menyegarkan hati para rakyat kecil. Walaupun jumlahnya masih sangat sedikit, dibanding kebanyakan lainnya. Setidaknya masih ada rasa optimis dalam meniti kehidupan di negara ini.

Wahai Indonesia, sudahilah masa hilangnya rasa keadilanmu. Cukup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun