Teori kelas Marx menggambarkan kapitalisme sebagai salah satu langkah dalam perkembangan sejarah sistem ekonomi yang mengikuti satu sama lain dalam urutan alami. Marx berpikir bahwa segala bentuk masyarakat dari dahulu hingga sekarang adalah pertikaian antara golongan. Menurut pandangannya, masyarakat mempunyai perbedaan-perbedaan fundamental antara golongan yang bertikai di dalam mengejar kepentingannya masing-masing. la mengemukakan, hal-hal tersebut didorong oleh kekuatan sejarah yang bersifat impersonal dan luas yang terjadi melalui perilaku dan konflik antar kelas sosial. Menurut Marx, setiap masyarakat terbagi menjadi kelas-kelas sosial, yang anggota-anggotanya mempunyai lebih banyak kesamaan satu sama lain dibandingkan dengan anggota kelas-kelas sosial lainnya.
Teori ini lebih kepada pemikiran bahwa sejarah dari masyarakat yang ada sampai sekarang adalah sejarah perjuangan kelas. Dengan kata lain, teori kelas beranggapan bahwa pelaku utama dalam masyarakat adalah kelas-kelas sosial. Misalnya saja keterasingan manusia adalah hasil penindasan suatu kelas oleh kelas lainnya. Menurut Lenin, kelas sosial dianggap sebagai golongan sosial dalam sebuah tatanan masyarakat yang ditentukan oleh posisi tertentu dalam proses produksi. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Marx bahwa kelas berakar dalam hubungan sosial produksi, bukan hubungan dalam distribusi dan konsumsi. Menurut Marx, pelaku utama dalam perubahan sosial bukanlah individu, tetapi kelas-kelas sosial. Dalam setiap masyarakat terdapat kelas yang menguasai dan kelas yang dikuasai atau dengan kata lain terdapat kelas atas dan kelas bawah. Marx membagi kelas sosial ke dalam tiga kelas, yakni kaum buruh, kaum pemilik modal dan tuan tanah. Namun, dalam masyarakat kapitalis, tuan tanah dimasukkan ke dalam kaum pemilik modal.
Nyatanya kelas-kelas sosial masih bisa kita jumpai pada tahun 2023. Para kaum-kaum Borjuis yang merasa di atas awan sebab memiliki kemampuan finansial yang lebih baik dari yang lain, memiliki kekuasaan yang lebih tinggi dari yang lain. Mereka menggunakan untuk berbuat seenaknya. Misalnya, banyak sekali kasus anak-anak pejabat yang melakukan suatu tindakan kriminal, namun para aparat lebih memihak anak pejabat daripada korban yang sudah dianiaya. Para orang tua kaya yang melakukan pembullyan terhadap teman anaknya yang miskin. Kasus-kasus tersebut mencerminkan bahwa menjadi kaya tidak membuat kita memiliki moral dan etika. Kita sebagai masyarakat semestinya dapat berpikir terlebih dahulu sebelum berbuat sesuatu, meskipun jabatanmu tinggi, hartamu banyak, dan keluarga mu memiliki kekuasaan namun kita sebagai manusia harusnya dapat memanusiakan manusia juga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H