Georg Wilhelm Friedrich Hegel adalah seorang filsuf idealis Jerman yang pada masa itu pengaruh doktrin agama sangat kuat. Lahir pada 27 Agustus 1770, yang pemikiran nya dia dapat dari salah satu filsufff terkemuka yakni Immanuel Kant. Hegel percaya bahwa hidup mengalami proses perubahan yang terjadi secara terus-menerus. Dan pemikiran-pemikiran nya menjadi sumber radikalisme yang vanyak dipelajari banyak orang saat ini.
Hegel membuat sebuah gagasan berupa dialektika yang kemudian merubah pandangan banyak orang mengenai sebuah kebenaran. Dan bahwasanya kebenaran itu tidak pernah selesai melainkan akan mengalami sebuah perubahan, sebuah dialektika.
Gagasan Hegel ini berupa metode yang memunculkan konsep tesis, antitesis dan sintesis. Tiga konsep tersebut biasanya muncul diikuti dengan kalimat "yang ada" , "yang tidak ada" dan "menjadi". Dialektika menurut Hegel adalah dua hal yang dipertentangkan lalu didamaikan dan menjadi sebuah pertentangan baru.Â
Dimulai dari Tesis, tesis menurut Hegel merupakan pengiyaan. Dan antitesis nya merupakan pengingkaran, sedangkan sintesis nya adalah kesatuan kontradiksi. Baginya, setiap pengiyaan akan menghasilkan pengingkaran atau setiap tesis akan menghasilkan reaksi berupa antitesis. Dan setelahnya menghasilkan suatu kesatuan berupa sintesis. Sintesis ini hakikat nya merupakan sebuah tesis baru yang kemudian akan ada reaksi baru lagi berupa antitesis dan kembali menjadi sintesis. Demikian seterusnya dan bahwa kebenaran itu akan mengalami sebuah perubahan.
Contohnya adalah sebuah tesis yang menyatakan jika bumi itu bulat, dan merupakan pusat tata surya. Sintesis nya, Bukan bumi! Melainkan pusat tata surya adalah matahari. Dan Sintesis nya adalah bahwa bumi itu bulat, dan pusat tata Surya adalah matahari.Â
Contoh lain seperti ada beberapa orang yang berdebat, satu diantaranya mengajukan argumen, kemudian dibantah oleh yang lain, lalu datanglah teman lain yang melerai perdebatan dan menarik kesimpulan dari dua perdebatan tersebut dengan dua argumen yang berseberangan. Ini adalah tesis, antitesis, dan sintesa.
Dengan demikian, sintesa bukan menghilangkan kandungan dari masing-masing pihak yang beroposisi (tesis-antitesis), namun mengangkatnya ke atas yang lebih tinggi sebagai ramuan kebenaran yang meliputi keseluruhan (Hardiman, 2019).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H