Mohon tunggu...
Rismaya
Rismaya Mohon Tunggu... Editor - Universitas Pamulang

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Seni

Drawata: Keajaiban Delapan Kolaborasi Reinkarnasi Era Mati di Panggung Seni

2 Juli 2023   22:47 Diperbarui: 2 Juli 2023   22:53 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seni. Sumber ilustrasi: Unsplash

Apa yang bisa lebih memukau daripada sebuah pertunjukan seni yang memadukan delapan teater dengan tema reinkarnasi era mati? Inilah yang saya temui ketika saya menghadiri pementasan Drawata (Drama Warisan Tahunan).

Terkadang dalam kehidupan, kita diberikan kesempatan untuk menyaksikan sesuatu yang begitu luar biasa, yang membuat kita terpukau dan takjub. Saya baru saja mengalami pengalaman tersebut saat menonton pertunjukan seni yang tak terlupakan di Amphiteater, Taman Kota 2 BSD. Drawata, drama warisan tahunan dengan tema "8 Kolaborasi Reinkarnasi Era Mati," berhasil menggugah perasaan dan menghadirkan keajaiban di panggung.

Pementasan Drawata berlangsung selama empat hari, mulai dari Kamis malam hingga Minggu malam. Selama acara tersebut, delapan teater tampil dengan kisah-kisah yang luar biasa. Salah satunya adalah "Mahkota" dari teater Kala Anagata, yang bercerita tentang perjalanan Deniz saat ia pertama kali menggunakan variasi hijab yang berbeda saat masih SMA. Gaya berpakaian Deniz jarang ditemui di kalangan remaja pada umumnya. Kisah ini memberikan inspirasi dan penghargaan terhadap keberanian individu untuk mengekspresikan diri sesuai dengan keunikan mereka.

Kemudian, ada juga "LOSM3N 78" dari teater Pusat Drama Manusia. Kisah ini mengangkat cerita seniman-seniman hebat yang karirnya mati karena berbagai masalah yang mereka hadapi. Namun, melalui pertunjukan ini, mereka mencoba mengubah pandangan mereka dan berusaha mencari harapan untuk kehidupan berikutnya.

Salah satu teater lainnya adalah "Gosip Warung Kopi" dari teater Bangsawan. Cerita ini mengisahkan tiga pemuda yang sedang mengadu nasib di warung milik Mpok Nani. Ternyata, ketiga tokoh tersebut memiliki nasib yang sama, yakni kebutuhan akan uang. Pertunjukan ini menggambarkan kisah kehidupan sehari-hari dengan sentuhan kehidupan kelas bawah yang penuh kehangatan dan kebersamaan.

"1974" dari teater Petrikor mengisahkan tentang kampung Bojongsari, tempat di mana masyarakat kelas bawah tinggal. Mereka bekerja sebagai petani dan kuli panggul untuk menghidupi keluarga mereka. Kehidupan mereka awalnya sejahtera, namun setelah kepala desa baru terpilih, masyarakat terbelah menjadi dua kubu yang saling berseberangan. Konflik ini menimbulkan dilema di antara mereka, karena kepala desa baru tersebut memiliki visi untuk membuat desa menjadi lebih modern.

"Negeri Manipulasi" dari teater Baswara merupakan kisah tentang tekad bulat dalam mencapai keadilan, di tengah amarah yang bercampur dengan darah. Seorang pria bernama Pak Joko memasang badan untuk membela rakyat dan mengatasi pertikaian batin. Pertunjukan ini menggambarkan semangat perlawanan yang dilakukan oleh individu kecil dalam menghadapi ketidakadilan.

Pada pertunjukan "Jeni & Joni" dari teater Tragedi Dell'arte, kita dibawa ke dalam dunia yang mengubah dirinya sendiri. Suara-suara jeritan manusia terdengar parau dan hampa. Namun, di balik semua itu, terdapat wajah-wajah yang mencari keadilan, dipenuhi air mata, dan terjerit kesakitan.

"Wangsit Lengsir Wengi" dari teater Padang Bulan membawa cerita tentang Reso dan Janirah yang tidak pernah menyangka akan memiliki anak di usia yang sudah tidak lagi muda. Namun, mereka dihadapkan pada kehadiran Nyai Sang, penunggu hutan yang menitipkan anak kepada mereka. Pesan dari penunggu tersebut harus dipegang teguh, tidak boleh dilanggar.

Terakhir, "Pagebluk Masa Kini" dari teater Sekarewa menggambarkan krisis ekonomi yang sedang melanda masyarakat di tengah pandemi. Tuan Bima dan Nyonya Surti merasakan tekanan dalam mempertahankan para pekerja rumah mereka, yaitu trio perkutut dan Yayuk Sri. Namun, mereka juga harus mempertimbangkan untuk memulangkan para pekerja tersebut ke kampung halaman masing-masing.

Saya sangat terkesan dengan tata panggung yang disajikan dalam setiap pertunjukan. Panggung telah diatur dengan apik dan pencahayaan yang sangat mendukung suasana cerita yang ingin disampaikan. Properti dan kostum yang digunakan juga sangat mendukung karakter dan konteks cerita yang sedang ditampilkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun