Dear kamu, yang pernah singgah
Maaf ya sudah menguras banyak waktu dan tenagamu
Aku sadar tak layak berada di hatimu
Disana ruanganya terlalu dingin, tak sehangat dulu ketika pertama kali aku mengenalmu
Aku bisa beku didalamnya jika tak cepat-cepat pergi
Aku butuh ruangan baru
Tak perlu luas seperti ruang di hatimu yang bisa menampung banyak cinta
Aku butuh ruang sederhana yang bisa kutempati dengan semua kurangku hingga di dalamnya aku bisa lebih nyaman tanpa perlu banyak keraguan
Di hatimu ruangannya sudah penuh dengan seseorang yang selama ini kau tutupi
Dan aku tak bisa beradaptasi dengannya
Aku tak patut berlama-lama di rumahmu.
aku tak mau terus-terusan disuguhi canda tawa yang penuh kepalsuan
meski tawamu sulit pergi dari ingatan,
aku yakin akan segera menemukan penghapusnya
Aku paham kemunculanmu kemarin hanya untuk kembali bersembunyi
Kuharap kamu benar-benar lenyap bersama semua janji manis yang pernah terucap dengan sangat yakin
Aku sudah memintamu menjelaskan
Tetapi kamu sangat bingung menemukan jawaban
Dan aku  tetap diam, berusaha melupakan
Jika kita ditakdirkan bersama tak mungkin ada orang lain yang leluasa membawamu menjauhiku
Aku tak bisa menahan pergimu
Kamu mengejar bahagia yang tidak kau temui bersamaku
Jangan ingat aku lagi
Tanpamu aku tetap tegar
Entah bagaimana caranya memulihkan, yang pasti aku tidak akan menemani lagi
Kamu memang harus memutuskan
Tidak bisa memiliki kedua-duanya
Aku pun tak mau kamu terus -- terusan menunda
Hiduplah dengan pilihanmu
Jalanku masih panjang. Aku masih bisa berjuang menemui bahagiaku
Kita tidak ditakdirkan bersama
Pergilah...
Kejar bahagiamu bersamanya
Terimakasih dan maaf sudah banyak merepotkan
Ende, 28 Juli 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H