Mohon tunggu...
Risma Yani
Risma Yani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Etika dalam Bermedia Sosial

5 Oktober 2022   20:33 Diperbarui: 5 Oktober 2022   20:42 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di era digital  5.0 seperti sekarang, etika dalam berdigital sangatlah penting bagi kita dalam memilih informasi yang kan kita cerna atau kita bagikan ke halayak luas serta, kita harus lebih bijak dalam bertutur atau berkomentar saat hendak merespont suatu informasi guna terhindar dari pelanggaran undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik.

kebanyakan Informasi yang beredar sekarang merupakan hasil dari ketidak sesuaian dengan fakta yang ada yang sering kita sebut dengan istilah berita hoax. Hal itu sangat rentan dapat merubah pandangan dan opini publik.

Pada hari sabtu (2/10/22) Dosen undiknas, Dr. gede suardana S.pd., M.Si. berkesempatan menyampaikan pendapat dan pandangannya mengenai persoalan di era digital saat ini.

Beliau memberikan pandangannya tentang persoalan umum yang terjadi di era digital jaman sekarang. Menurut beliau beredarnya informasi hoax dimana informasi tersebut sengaja dibuat dan diangkat oleh orang-orang tertentu untuk sebuah kepentingan suatu oknum.

Kemajuan di era digital saat ini juga memicu cepatnya publik memproleh informasi yang dapat menjadi sumber permasalahan baru di masyarakat. Bukan tanpa alasan, dengan tersebarnya suatu informasi dengan cepat dari media sosial, hal itu dapat menyebabkan sulitnya mereka menguji kesesuaian informasi tersebut dengan fakta yang terjadi di lapangan karena mereka terlalu terpaku dengan pamor sebuah media yang tak terpercaya yang memiliki pengikut banyak tanpa meneliti isu-isu dan berita informasi yang di angkat. Dengan modal itu, mereka membangun narasi dengan semau mereka dan kita semudah itu percaya.

Dalam masyarakat, ada dua kategori penerima informasi yaitu, ada yang tidak tahu bahwa informasi itu keliru karena kurangnya literasi dan ada juga yang tahu informasi itu keliru karena sudah teredeukasi dan sudah melek literasi. Orang yang melek literasi cenderung memfilter informasi yang akan mereka konsumsi karena mereka membaca isi informasi dan mencocokannya dengan sumber-sumber lain yang lebih terpercaya. Sedangkan orang-orang yang tidak melek literasi cenderung memakan informasi mentah mentah dan hanya membaca caption saja tanpa membaca isi dan menimbulkan salah persepsi. Tak hanya malas baca, orang-orang yang tidak melek literasi cenderung membagikan informasi itu tanpa pemahaman demi kepuasan bermedia sosial.

Di dunia digital yang berlimpah informasi seperti saat ini, setiap orang bisa menjadi bagian dari media. setiap orang bisa saja memproduksi informasi dengan cara-cara yang mereka mampu. Media bisa saja memiliki Maksud tertentu yang tidak baik guna menjatuhkan salah satu pihak atau mereka memang membuat berita dengan fakta untuk kepentingan pengetahuan bersama dan menguntungkan semua pihak.

Kesimpulan dari wawancara ini ialah, kita sebagai orang orang yang terpelajar harusnya bisa memfilter informasi yang masuk. Dengan itu, kemungkinan kita terpapar informasi bohong atau hoax dapat tercegah. Jangan jadikan kemajuan digital dan teknologi informasi menjadi sebuah kemunduran karena kurang memproteksi diri dalam mencerna sebuah informasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun