Terletak di tengah-tengah Cincin Api Pasifik dan tumbukan lempeng Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik menjadikan Indonesia menjadi salah satu kawasan yang paling aktif secara seismik di bumi. Hal ini menyebabkan sering terjadinya gempa bumi di Indonesia. Badan nasional penanggulangan bencana (BNPB) memperkirakan jika Indonesia rata-rata mengalami sebanyak 500 kali gempa bumi setiap bulan dengan sekala ritcher ringan hingga berat. Oleh karenanya,pada hari minggu(23/6) tim KeRis-Dimas Caring Fakultas Keperawatan Universitas Jember menggelar kegiatan simulasi bencana gempa bumi dan tsunami yang dilakukan pada anak pesisir Desa Sabrang, Kecamatan Ambulu, Kabupaten Jember.
Bencana tidak dapat diprediksi kapan akan datang. Bencana alam pun sering menimpa bumi tercinta seperti tsunami serta gempa bumi. Dengan begitu, simulasi penyelamatan diri saat bencana menjadi sangat penting untuk diketahui sehingga penduduk mengetahui bagaimana cara menyikapi bencana yang dapat terjadi. Edukasi kebencanaan yang diberikan pada anak sangatlah penting yaitu yang bertujuan agar mereka dapat memahami jenis-jenis bencana dan bagaimana cara menanggulanginya.
Pada kegiatan ini, tim pengabdian masyarakat memulai kegiatan dengan metode mereview ulang materi kebencanaan yang telah diberikan di pertemuan sebelumnya dengan cara tanya jawab. Metode ini dilakukan agar mendapatkan antusias partisipan. Partisipan dengan kategori anak SD usia 9-12 tahun terlihat sangat antusias dan menjawab setiap pertanyaan yang diberikan. Hal ini membuktikan bahwa materi kebencanaan telah diserap dengan baik oleh setiap partisipan. Selanjutanya tim pengabdian masyarakat akan memberikan materi yang berupa menjelaskan dan mensimulasikan terkait teknik evakuasi mandiri apabila terjadi bencana khususnya gempa bumi dan tsunami.
Pada kegiatan ini, teknik kesiapsiagaan bencana yang diajarkan adalah tetap tenang saat terjadi bencana, melindungi kepala saat terjadi gempa, bersembunyi dibawah meja saat terjadi gempa dengan memilih bagian pinggir meja dikarenakan bagian tersebut merupakan sisi yang terkuat terhadap beban, serta berlari mengikuti arah jalur evakuasi ke titik kumpul sebagai upaya penyelamatkan diri ke tempat terbuka dan aman dari reruntuhan. Para tim mencontohkan terlebih dahulu sampai partisipan benar-benar paham dan dilanjutkan dengan simulasi. Kegiatan simulasi dilalui dengan tertib dan lancar tanpa kendala apapun.
Setelah kegiatan simulasi dilakukan, kegiatan selanjutnya adalah pemberian hadiah kepada partisipan yang dapat menjawab pertanyaan, terdapat beberapa partisipan yang berani maju dan menjawab dengan sangat tepat. Kegiatan yang terakhir dari serangakaian kegiatan yang dilakukan yaitu pemberian kenang-kenangan dari tim pengabdian kepada seluruh partisipan dan ucapan "sayonara" karena rangkaian kegiatan sudah dilalui dengan lancar. Tak lupa ditutup dengan sesi dokumentasi dan doa bersama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H