Mohon tunggu...
Risma Wahyu
Risma Wahyu Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

saya memiliki hobi memsak,membaca buku, dan juga menonton film

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Rasa Percaya Diri Melalui Kegiatan Seni

15 Oktober 2024   09:33 Diperbarui: 15 Oktober 2024   09:53 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Risma Wahyu Wardani (Mahasiswa PGSD Universitas Negeri Semarang) dan Dr. Eka Titi Andaryani, S. Pd., M. Pd. (Dosen PGSD FIPP Universitas Negeri Semarang)

Pendidikan seni di sekolah dasar bukan sekadar pengajaran teknik menggambar, menyanyi, atau menari; ia merupakan fondasi yang krusial bagi perkembangan emosional dan sosial anak. Dalam konteks pendidikan, seni berfungsi sebagai sarana ekspresi yang memberi anak-anak peluang untuk menyampaikan perasaan dan ide mereka. Melalui seni, anak-anak tidak hanya belajar berkreasi, tetapi juga membangun rasa percaya diri yang sangat dibutuhkan dalam perjalanan tumbuh kembang mereka.

Anak-anak sering kali mengalami kesulitan dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan mereka secara verbal. Keterampilan berkomunikasi yang baik biasanya berkembang seiring bertambahnya usia, tetapi seni memberikan alternatif yang kuat bagi mereka untuk mengekspresikan diri. Misalnya, seorang anak yang mungkin tidak bisa menjelaskan rasa sedihnya dengan kata-kata dapat melukis sebuah gambar yang mencerminkan perasaannya. Dalam momen tersebut, seni berfungsi sebagai medium yang memungkinkan anak untuk berbicara tanpa harus menggunakan kalimat.

Keberhasilan dalam menciptakan karya seni, baik itu lukisan, patung, atau pertunjukan drama, dapat memberi anak rasa pencapaian yang mendalam. Ketika anak melihat hasil karya mereka dipajang di dinding kelas atau dipertunjukkan di depan teman-teman, mereka merasakan kebanggaan dan validasi yang luar biasa. Pengalaman ini sangat penting dalam menumbuhkan rasa percaya diri, yang nantinya akan menjadi modal sosial dan emosional mereka dalam berinteraksi dengan dunia luar.

Partisipasi dalam kegiatan seni juga mendorong interaksi sosial. Melalui proyek seni kelompok, anak-anak belajar berkolaborasi, mendengarkan, dan menghargai pandangan teman-teman mereka. Misalnya, dalam sebuah proyek mural, setiap anak dapat menyumbangkan ide dan kreativitasnya. Proses ini mengajarkan mereka nilai kerja sama dan komunikasi yang efektif, dua keterampilan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kegiatan seni tidak hanya memperkuat rasa percaya diri individu, tetapi juga membangun hubungan sosial yang sehat di antara teman sebaya.

Pendidikan seni juga berperan dalam mengenalkan anak-anak pada keberagaman budaya. Melalui pengenalan berbagai bentuk seni dari seluruh dunia, anak-anak belajar untuk menghargai dan memahami perbedaan. Mereka menjadi lebih toleran dan empatik terhadap orang lain. Misalnya, ketika anak-anak mempelajari seni tari tradisional dari berbagai daerah, mereka tidak hanya belajar gerakan tari, tetapi juga nilai-nilai dan cerita yang melatarbelakanginya. Proses ini membentuk perspektif mereka terhadap dunia yang lebih luas, menanamkan rasa hormat terhadap keragaman yang ada.

Namun, meskipun manfaat pendidikan seni begitu jelas, masih ada banyak tantangan dalam implementasinya di sekolah dasar. Banyak institusi pendidikan yang cenderung memprioritaskan mata pelajaran akademis seperti matematika dan sains, sering kali mengabaikan pentingnya seni. Kurikulum yang tidak seimbang ini dapat menyebabkan anak-anak kehilangan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan kreatif mereka. Oleh karena itu, penting bagi para pendidik, orang tua, dan masyarakat untuk bersuara dalam mendukung kurikulum yang lebih holistik, di mana seni mendapatkan tempat yang layak dalam pengembangan anak.

Dukungan dari orang tua juga sangat penting. Ketika orang tua aktif terlibat dalam kegiatan seni anak, baik dengan mengajak mereka ke pameran seni, menyediakan alat seni di rumah, atau bahkan berpartisipasi dalam kegiatan kreatif bersama, mereka membantu memperkuat nilai seni dalam kehidupan anak. Dengan cara ini, anak-anak merasa lebih dihargai dan termotivasi untuk terus berkreasi.

Dengan memberikan perhatian yang cukup pada pendidikan seni, kita tidak hanya membekali anak-anak dengan keterampilan kreatif, tetapi juga membantu mereka membangun rasa percaya diri yang akan bermanfaat sepanjang hidup mereka. Seni bukan hanya sekadar mata pelajaran; ia adalah jendela bagi anak-anak untuk melihat dan mengeksplorasi dunia dengan cara yang unik dan menakjubkan. Melalui seni, kita dapat menumbuhkan generasi yang lebih percaya diri, kreatif, dan penuh empati.

Oleh karena itu, mari kita berkomitmen untuk menjadikan pendidikan seni sebagai bagian integral dari kurikulum di sekolah dasar. Dengan melakukannya, kita tidak hanya membantu anak-anak menemukan suara mereka, tetapi juga memberi mereka alat untuk menghadapi tantangan di masa depan dengan penuh percaya diri dan kreativitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun