Antropolog Muslim adalah antropolog dengan kepribadian Muslim. yang pada setiap tahapan, baik itu belajar, menilai, berkarya dan bertindak dalam setiap bagian hidupnya, bergantung pada ajaran Islam. Yang mungkin tidak disadari, di era digital ini pun, peran para antropolog Muslim cukup besar. Antropolog Muslim dapat memainkan peran penting dalam mendukung budaya membaca Al-Qur'an dengan memahami dan menganalisis konteks sosial, budaya dan agama yang terkait dengannya.
Menurut Kamus Daring Merriam-Webster yang dipinjam dari situs resmi LMS-SPADA Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, pengertian literasi berasal dari kata latin “literature” dan kata bahasa Inggris “letter”. Literasi adalah kemampuan atau kapasitas untuk dididik/melek huruf, yang meliputi kemampuan membaca dan menulis. Namun di luar itu, pengertian literasi juga mencakup literasi visual, yang berarti “kemampuan untuk mengenali dan memahami gagasan yang disampaikan secara visual (adegan, video, gambar).
Menurut pendapat di atas, Tim Usaid Prioritas (2015:3) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan literasi adalah kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa (menyimak, berbicara, membaca dan menulis) untuk berkomunikasi dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan tujuannya. Selain itu, Sulzby (1986) menjelaskan arti sempit literasi sebagai literasi sebagai kemampuan membaca dan menulis. Hal ini sejalan dengan pendapat Grabe dan Kaplan (1992) dan Graff (2006) yang mendefinisikan literasi sebagai kemampuan membaca dan menulis (the ability to read and write). (Wibawana, 2022)
Literasi generasi muda sangat penting, dengan kemampuan membaca yang baik membantu generasi muda untuk memahami informasi baik secara lisan maupun tulisan. Dalam praktik sehari-hari, keterampilan membaca generasi muda mendukung mereka dalam kompetensi yang saling mendukung ketika generasi muda memiliki keterampilan membaca yang baik. Literasi dapat membuat generasi muda memilah dan mengambil informasi serta mendukung keberhasilan generasi muda dalam kehidupan.
Antropologi muslim dapat berperan di berbagai bidang yang berkaitan dengan Antropologi karena Antropologi merupakan bidang ilmu yang sangat luas dan dapat mencakup banyak bidang lain di dalamnya. Antropolog muslim dapat menyesuaikan agenda-agenda atau kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan budaya literasi digital sesuai dengan bidangnya masing-masing, seperti Antropologi Pendidikan, Antropologi Sosial Budaya, ataupun Antropologi bidang lainnya.
Karlina Octaviany menjelaskan bahwa antropologi digital adalah hubungan antara manusia dan teknologi di era digital. Digital adalah kode biner. Apa pun yang didasarkan pada biner adalah dunia digital. Antropologi digital sendiri meliputi sosialitas digital, budaya digital, budaya materi digital, holisme etnografi dan pendekatan komparatif. Antropologi digital membuat yang familiar menjadi asing, yang asing menjadi familiar.
Menurut Sazkia Ghazi, antropologi sering diterapkan dalam dunia agensi kreatif sebagai pisau bedah untuk membuat strategi kampanye di dunia digital. Yaitu memetakan ide, tujuan, penelitian dan wawasan yang selaras dengan tujuan kampanye sehingga dapat mengelola dan menargetkan tujuan secara efektif. Selain itu, antropologi digital dapat digunakan untuk menganalisis perilaku masyarakat di dunia digital lintas generasi untuk mengidentifikasi perubahan dalam interaksi dan perilaku manusia. (Arum, 2021)
Sebagai contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam kelas mata kuliah Agama Islam II bersama Bapak Dr. Drs. H. Mohammad Adib, M.A selaku dosen Mata Kuliah Agama Islam II, para mahasiswa diajak untuk membaca Al-Quran bersama-sama dan berdiskusi terkait permasalahan agama yang berkaitan dengan masyarakat di dalam dunia nyata. Di luar kelas pun mahasiswa masih dapat berdiskusi dengan Bapak Dr. Drs. H. Mohammad Adib, M.A apabila telah membuat janji.
Di luar lingkungan akademik, terdapat lingkungan organisasi, dimana Himpunan Mahasiswa Antropologi atau yang akrabnya disebut sebagai HIMA Antropologi juga membuka ruang diskusi bersama para mahasiswa dari berbagai angkatan, maupun para alumni Antropologi yang sudah lulus dari Antropologi Universitas Airlangga.
Tidak jarang pula HIMA Antropologi membawakan narasumber lain di luar lingkungan mahasiswa dan tenaga pendidik dari Universitas Airlangga untuk menjadi narasumber atau pembicara dalam suatu diskusi yang diadakan. Contohnya saja tahun lalu dalam periode masa jabatan sebelumnya, HIMA Antropologi mengajak dosen Antropologi dari Universitas Brawijaya di Malang untuk bergabung dalam diskusi umum yang diadakan oleh HIMA Antropologi Universitas Airlangga dan diundang sebagai pembicara.