"Dul, kalo Lo punya duit satu milyar, mau Lo beliin apa?" tanya Mamat dengan logat Betawinya sambil mencomot pisang goreng dan melahapnya. Pisang goreng warung Mpok Lela memang nikmat disantap selagi hangat.Â
"Gue bakal beli rumah sama mobil. Bosen Gue tinggal di rumah papan, pinggir kali pula. Terus mobilnya bisa Gue pake jalan-jalan sama anak bini Gue," jawab Adul setelah menyeruput kopi tubruk kentalnya.
Mamat hanya manggut-manggut mendengar jawaban Adul. Jawaban standard, mungkin itu yang dipikirannya. Pandangan pekerja serabutan itu lalu beralih ke arah Reno yang sedari tadi sibuk dengan gawainya.
"Kalo Lo gimana, No?"
"Gimana apanya, Bang?" Reno tak menyimak pembicaraan mereka rupanya.
"Kalo Lo punya duit satu milyar, mau Lo beliin apa?"
"Oh.... Gue bakal kasih semua duitnya buat bang Mamat sama bang Adul," jawab Reno santai tanpa mengalihkan pandangan dari gawai.
"Lho, langsung habis dong? Buat Lo mana?" Mamat terkejut dengan jawaban Reno barusan. Ia sampai menghentikan aktifitasnya melahap pisang goreng.
"Buat Gue, Bang? Yaa gampang lah. Gue tinggal mengkhayal lagi. Ini kita sedang berkhayal kan?" Jawaban Reno disambut tawa oleh Mamat dan Adul. Bahkan Adul sampai tersedak. Entah mereka tertawa karena berpikir jawaban Reno itu bodoh atau sadar jawaban mereka yang bodoh.
Rasanya seperti deja vu bagi Reno. Saban ke tempat ini, Reno selalu terjebak dalam pembahasan yang tidak memiliki signifikasi. Politik, ekonomi, agama, olahraga, selebritis, dan lain-lain dibahas tanpa argumentasi valid. Asal bunyi khas warung kopi. Namun Reno terpaksa harus sarapan disini, karena hanya Mpok Lela yang membolehkannya kasbon.