Mohon tunggu...
Risman Mardiana
Risman Mardiana Mohon Tunggu... Karyawan swasta -

USA (Urang Sunda Asli) | @risman.mard | Japanese Interpreter | Food Traveler | Alumnus of Universitas Padjadjaran | Fan of @AgnezMo

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Balada Minum Teh

13 Desember 2015   23:21 Diperbarui: 13 Desember 2015   23:21 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin sudah tidak asing lagi mendengar cerita orang Sunda yang sedang makan di rumah makan di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta, lalu memesan minuman teh (tawar). Alih-alih mendapat teh tawar seperti yang diharapkan, malah mendapat teh yang rasanya manis atau teh manis.

Selidik punya selidik, ternyata minuman teh di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta hampir selalu dicampur gula. Lain halnya jika saat memesan minuman teh tadi kita meminta 'teh tawar', maka sang empunya rumah makan akan menyuguhkan teh tanpa campuran gula.

Di daerah Jawa Barat sendiri, jika memesan teh, maka akan disuguhkan teh tawar, tanpa gula. Jika memesan teh manis, barulah akan ditambah gula.

Cerita yang hampir sama saya alami ketika saya mengunjungi Kuala Lumpur dan Melaka, Malaysia. Hampir setiap saya makan di medan selera (pujasera), saya selalu memesan ice tea dan selalu disuguhi es teh campur susu (semacam teh tarik khas Malaysia). Satu, dua, tiga kali saya menikmatinya. Namun, karena tiap minum teh selalu disuguhi teh tarik, lama-lama saya pun merasa enek.

Suatu kali, saya memberanikan diri bertanya kepada uncle penjaga kantin. Saya jelaskan kalau saya ingin memesan teh tawar. Pertama si uncle merasa bingung. Saya jelaskan lagi, bahwa saya ingin minum teh saja, tanpa susu.

"Oh, you mau pesan tea-o (baca: ti-o)?"

Waktu itu saya sedang malas berdebat panjang, akhirnya saya anggukan kepala, pasrah, si uncle mau membawakan saya teh macam apa, karena istilah tea-o pun baru saya dengar dari mulut si uncle. Dan.. ternyata.. si uncle memang membawakan saya teh tawar!

Rasa penasaran pun menghinggapi saya, kenapa orang Malaysia menyebut 'teh tawar' dengan sebutan 'tea-o', bukan 'tea-a', 'tea-e', 'tea-u', atau tea yang lainnya.

Dengan ramah si uncle pun menjawab bahwa 'tea-o' itu singkatan dalam bahasa Inggris: tea only atau 'hanya teh'.

Baiklah. Jadi, kalau nanti saya berkesempatan mengunjungi Malaysia lagi dan ingin memesan teh tawar, maka saya harus memesan 'tea-o', bukan ice/hot tea.

Pun, ketika saya berkunjung ke Jepang. Rasa lelah saat berkeliling kota, membuat saya merasa kehausan. Beberapa kali saya menyempatkan mampir ke convenience store, untuk menukarkam uang 100-150an yen saya ke sebotol minum teh kemasan botol plastik. Alih-alih saya mendapatkan rasa teh yang manis seperti yang saya dapatkan di Indonesia, malah saya hanya merasakan teh tawar, yang rasanya cenderung pahit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun