[caption id="attachment_69578" align="alignleft" width="300" caption="Jangan Risaukan, Aku Baik-Baik Saja (By Google)"][/caption] Cintaku sedang pergi. Tidak meninggalkan diriku untuk mendapatkan cinta yang lain. Dia pergi karena memang sedang harus pergi. Salahkah bila rasa khawatir itu ada? “Sayang, kamu baik-baik saja, kan?” “Hai, kok, tidak ada kabar, nih. Kamu tidak sedang….?” “Cinta, jangan buat abang khawatir, dong?” “Sayang, selalu kirim kabar, ya. Itu sangat berarti bagiku.” Begitulah umumnya keadaan diri kala orang yang kita sayangi jauh di mata tapi dekat di hati. Rasa khawatir kerap bercampur dengan rasa curiga. Sedang apakah dia, lagi dimanakah dia, dengan siapakah dia, dan jika tidak ada informasi maka pikiran pun melayang entah kemana-mana. Jangan-jangan…. Apakah itu perasaan cinta? Bisa ya tapi juga tidak. Ya, karena memang setiap diri dituntut untuk peduli satu sama lain. Rasanya aneh saja jika diantara mereka yang saling cinta sama sekali tidak punya kepedulian sehingga tidak perlu tahu tentang pasangannya. Sebaliknya, bisa juga tidak. Tidak, karena cinta adalah kepercayaan dan karena itu tidak sewajarnya ada rasa kuatir berlebihan apalagi jika sampai diragukan dan dicurigai. Cinta adalah harmoni kesepasangan yang terbebas dari unsur siapa menguasai siapa atau siapa harus tunduk kepada siapa. Keseimbangan yang tidak saling mengabaikan kepercayaan dan kebebasan yang melekat tanggung gugat. Memang tidak ada pilihan yang lebih utama dari pilihan-pilihan yang ada. Paling utama dari sebuah cinta adalah adanya kesadaran bersama yang saling dipahami oleh kedua pasangan. Jika merasa kekhawatiran adalah bahagian dari sebuah kepedulian dan setiap kepedulian disadari akan berwujud kebahagiaan, maka itulah pilihan yang tepat baginya walau belum tentu tepat bagi yang lain. Sebaliknya, jika kepercayaan adalah bukti cinta tanpa syarat maka kekuatiran sungguh tidak diperlukan, apalagi jika sampai harus menaruh rasa curiga. Tidak perlulah sampai menuduh kalau kekasih hati sedang melakukan penyimpangan atau pengkianatan cinta. Dan, sungguh sangat tercela manakala diberlakukan tindakan kekerasan hanya karena dicuriga telah melakukan penyimpangan atau pengkianatan cinta. Dan, kalau pun telah terbukti terjadi penyimpangan maka mesti hukuman dibenarkan namun sebaik-baik tindakan adalah memberi maaf karena seadil-adil pemberi hukuman adalah Dia Yang Maha Adil, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Pengkianatan memang sakit namun lebih sakit lagi bila kita tidak bisa melepas amarah dan dendam di hati. Temukanlah formulasi cinta yang bisa membuat saling bahagia, dan bukan hanya membahagiakan salah satu. Ukuran kebahagian bersama dalam hal cinta sangat sederhana yakni jika secara bersama selalu bisa menambah rasa cinta dari waktu ke waktu. Pastilah senang kan jika mendengar kalimat ini dinyatakan oleh kekasih “Sungguh, cintaku padamu semakin bertambah saja.” Kalau perasaan cinta selalu melingkupi diri dan jiwa maka bercinta pun menjadi hal paling indah dan tidak akan pernah bosan untuk melakukannya lagi, lagi, dan lagi. Tentu dengan orang yang kita cintai, bukan malah diobral ke sana kemari. Percayalah, jika perasaan cinta terus bertambah luas dari waktu ke waktu maka jarak bukan lagi masalah untuk meraih kebahagian tanpa jeda karena cinta akan terus memproduksi kebahagian dari waktu ke waktu tanpa jeda pula. Apakah kita dari waktu ke waktu semakin cinta terhadap pasangan, keluarga, sahabat, kampung halaman, dan tanah air ini serta kepada Sang Pencipta? Semogalah, ya. Jika tidak maka menjadi sangat penting sebuah komunikasi penuh cinta dilakukan guna menemukan apa yang bisa membuat kita semua bisa saling meningkatkan rasa cinta dari waktu ke waktu. Saleum Cinta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H