Membaca tulisan Kit Rose berjudul "Tangan Cinta" saya jadi teringat kebiasaan kita dalam memposisikan uang seribu rupiah. Ada banyak diantara kita yang belum tahu bagaimana memberi harga lebih pada uang seribu rupiah selain nilai materi saja. Akibatnya uang seribu rupiah hanya menjadi "anak tiri" diantara lembaran uang lainnya. Coba lihat saja dimana uang seribu rupiah kita tempatkan. Umumnya tidak di dompet melainkan hanya di saku baju, di laci kendaraan atau malah ditinggalkan di rumah. Jika pun uang seribu rupiah dibawa serta maka ia lebih banyak digunakan untuk uang parkir dan atau uang untuk diberikan begitu saja kepada pengamen jalanan, si peminta, atau lainnya yang bersifat mengemis. Dan tidak ada sama sekali kegusaran hati manakala uang seribu milik kita jatuh atau hilang. Atau, sesekali coba perhatikan sikap kita saat usai belanja di supermarket. Jika tidak ada uang kembalian yang nilainya seribu rupiah maka dengan tanpa protes kita terima saja sejumlah permen yang diberikan. Padahal kalau dihitung secara ekonomi itu adalah belanja kita juga. Padahal uang seribu rupiah itu bisa kita beri nilai lebih yakni dengan melekatkan nilai sosial dan nilai kemanusiaan di dalamnya, secara terorganisir. Ada banyak orang yang membutuhkan uang seribu rupiah khususnya anak-anak. Dengan seribu rupiah anak-anak akan memberi kita sebuah senyum karena ia sudah bisa membeli, minimal permen. Itu kalau uang seribu kita berikan langsung kepada anak-anak yang membutuhkan. Dan lebih dari sekedar senyum manakala potensi uang seribu rupiah itu dibuat menjadi sebuah program bernama Seribu Rupiah untuk Seribu Masa Depan. Siapa pun pasti senang dan bahagia manakala mendapat kabar bahwa uang seribu rupiahnya menjadi bernilai lebih. Bukan hanya sekedar alat sedekah, juga bukan sekedar mendapat senyum melainkan datang sebuah surat dari anak-anak yang mengabari kalau mereka sudah berhasil meraih cita-citanya berkat uang seribu rupiah yang dulu kita kirim lewat organisasi pengelola gerakan Seribu Rupiah untuk Seribu Masa Depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H