[caption id="" align="alignleft" width="300" caption="Unduh dari 1.bp.blogspot.com "][/caption]
Bagian 2: Tapi, petir seperti menyambar Andi kala suatu hari Nur Silvi mengungkap maksud putus. Andi betul-betul kehilangan kendali. Tapi, untuk marah juga tidak mungkin karena dari penjelasan Nur Silvi ia tahu kalau semua ini adalah kehendak orangtuanya yang ternyata telah menjodohkan dirinya dengan anak kenalan orangtuanya...
Diam-diam Andi memperhatikan lebih seksama wajah Rina. Rasanya, Andi menemukan sesuatu yang akrab dengan bentuk alis mata, bibir, kening, dan dagu. Tidak persis memang tapi sosok Nur Silvi terasa begitu lekat di wajah Rina. Andi mencoba mengucek kedua matanya dan sekali lagi memperhatikan dengan seksama. Ia memang, Rina memiliki kemiripan dengan Nur Silvi.
"Ya Tuhan, ada apa dengan mata dan hatiku ini. Mengapa orang yang kutabrak sangat mirip dengan Nur Silvi yang kini sudah pergi. Ada apa dibalik semua rencana mu untukku wahai Tuhanku?"
Andi kembali memeriksa keyakinan dirinya kalau Rina tidak mirip dengan Nur Silvi. Tapi semakin pikirannya menolak semakin menguat pula hatinya menyatakan kalau Rina memang mirip Nur Silvi.
"Rina, atau siapa pun dirimu, tolong segeralah sadar. " Andi akhirnya buka suara dan berbicara dengan Rina yang masih belum sadar.
"Aku tahu kamu belum sadar. Tapi aku yakin kamu pasti mendengar semua ucapanku. Pertama, aku minta maaf. Akulah yang telah membuatmu seperti ini akibat ulahku yang mengemudi sembarangan. Aku juga minta maaf karena tadi tidak segera menolongmu. Terakhir, aku minta maaf karena telah mengaku sebagai kekasihmu dan juga udah menamaimu dengan Rina."
"Tapi sungguh, cepatlah sadar agar aku bisa segera mengantarmu pulang. Aku tidak mungkin bisa lama di dekatmu. Semakin aku melihatmu semakin hatiku dilanda rindu pada kekasihku Nur Silvi padahal kami sudah berpisah. Jadi, pleseee, tolonglah cepat sadar. Nanti semua biaya penyembuhanmu akan aku tanggung dan aku pastikan akan rutin mengirim biaya lewat rekeningmu sampai kamu benar-benar sembuh. Aku tidak akan menemuimu lagi karena menatapmu membuat aku tersiksa oleh rindu."
***
Bulan masih tersisa di langit walau matahari sudah merambat pagi. Mungkinkah ini sebuah pertanda akan kenangan yang masih tersisa? Entahlah. Tapi, yang jelas, rencana untuk meninggalkan Rina pagi ini setelah ia tersadar tidak terjadi. Rina, ternyata sadar dengan tanpa mengingat apa-apa termasuk tentang dirinya sendiri.
Rina terserang amnesia. Menurut dokter bisa jadi benturan yang mengenai bagian belakang kepalanya sebagai penyebab Rina kehilangan daya ingat. Tapi menurut dokter tidak akan berlangsung lama.