Mohon tunggu...
Risman Aceh
Risman Aceh Mohon Tunggu... profesional -

Anak Pantai Barat Selatan Aceh. @atjeh01

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

"Penjara": Surat Terbuka untuk Tuan dan Puan

29 Desember 2009   03:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:44 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

[caption id="attachment_45047" align="alignleft" width="300" caption="karena sudah menghujat, menyinggung, protes, kritik, dan porno maka anda dijeblogkan"]F[/caption] Sudah pernah di penjara? Jika belum mari sejenak membaca tulisan ini sampai habis. Jika sudah pernah di penjara bersyukurlah karena sudah mengerti betapa tidak enaknya berada di penjara, apalagi dipenjara karena tidak bersalah, dan karenanya penting juga membaca tulisan ini. Dan, lebih penting lagi membaca tulisan ini bagi mereka yang tidak mau tahu sama sekali apa itu penjara. Kog terasa memaksa ya. Benar, karena kecenderungan orang untuk menjadi seperti polisi, hakim dan sipir penjara masih terus ada. Bagi mereka yang memilih jadi seperti polisi ia tidak lagi mengayomi, melindungi, dan melayani melainkan kerap langsung main tembak di tempat dulu baru kemudian membuat alasan pembenar. Tak jarang, ada banyak yang berlagak bak polisi yang tanpa memperlihat kartu identitas langsung melakukan "tembak di tempat" yang walau tembakannya hanya kena di kaki sudah membuat "mati" pikiran dan perasaannya karena terpenjara oleh ketakutan. Bagi yang memilih menjadi seperti hakim ia merasa telah menjadi hakim utama bahkan kadang sudah melebihi hakim agung sehingga sudah merasa mengerti substansi pasal padahal baru sebatas menghapal pasal. Akibatnya, bukan argumentasinya yang mengalir lancar, tepat, mencerahkan, dan menyadarkan si tersalah melainkan suaranya yang menghardik, matanya yang memerah, dan ketukan palunya yang mematah lah yang telah membuat si tertuduh terpenjara setelah meneteskan derita lewat air mata. Lagi-lagi, orang terpenjara oleh ketakutan. Dan, bagi mereka yang suka menjadi seperti petugas penjara sudah merasa melebihi algojo keadilan sehingga tidak perlu lagi menutup mata untuk mencambuk dan menebas leher si terhukum. Akibatnya, mereka yang terpenjara hanya punya pilihan akhir, berdoa dan berserah diri pada Sang Maha Adil karena tidak lagi berani melakukan hal-hal di luar doa. Bahkan, doanya pun hanya sebatas "Ya Rabb," atau "Ya Tuhan," atau "Duh, gusti" tuan dan puan Berhubung tuan dan puan (t kecil)yang seperti polisi, hakim, dan sipir penjara sangat sibuk maka melalui surat terbuka ini saya hendak katakan satu hal saja: "Jika tuan dan puan hendak mematisurikan dunia ini maka tiadalah perlu memenjarakan orang-orang yang tuan dan puan tidak sukai dalam penjara ketakutan. Cukup dengan menghapus satu huruf dan angka saja tuan dan puan sudah bisa membuat dunia ini kehilangan daya nya, dan dengan itu tuan dan puan bisa menjadi penguasa dunia dengan huruf dan angka yang tuan anggap baik. Tetapi, jika tuan dan puan bermaksud baik untuk menyeru orang lain yang tuan dan puan anggap bersalah maka jangan sesekali menyembunyikan satu kata dan angka karena dengan dialah kita bisa berkata-kata dan menghisab kebajikan." Catatan: Kata-kata kunci dalam artikel ini tidak dalam pengertian literal (sebagaimana bunyi teks) melainkan kata-kata yang dipakai untuk membantu memahami konteks. Foto di ambil dari sini dari hasil pencarian google

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun