Jarum jam masih menunjuk angka 10.35 ketika pesawat garuda mendarat di Bandara Minangkabau, Padang.
Dari bandara, Linda memutuskan untuk naik Damri dulu ke arah kota. Dari kota Linda memilih naik bus menuju tanah kelahirannya, Bukit Tinggi.
Memang agak melelahkan karena butuh waktu 1 sampai dengan 2 jam untuk tiba ke tempat tujuan. Tapi, keinginan untuk menikmati kembali Padang membuat Linda rela saja. Lewat perjalanan bus ini Linda pingin melirik lokasi air terjun lembah arau yang dulu menyimpan kenangan. Dia juga ingin sejenak singgah di pusat kerajinan bordir dan baju muslim jika tiba di Bukit Tinggi sambil menunggu ketibaan buka puasa begitu tiba di rumah.
Ini puasa terakhir. Nanti malam takbir pasti sudah menggema membelah malam kampung kelahirannya Linda.
Ini kepulangannya yang pertama setelah meninggalkan kampung selama dua tahun.
Tidak terlihat perubahan yang berarti. Semua masih seperti saat pertama Linda berangkat dulu.
Hanya saja dulu ada satu sosok lelaki yang kerap berdiri menunggu Linda keluar dari rumah setiap pagi untuk menuju ke sekolah. Lelaki yang dipanggilnya dengan nama Anwar itu juga yang dulu melepaskan kepergian Linda.
Linda masih ingat kata-kata terakhir yang diucapkan lelaki yang adalah kekasihnya, persis ketika Linda hendak naik bus menuju bandara.
"Lin, kemanapun engkau melangkah aku selalu ada untukmu. Aku ada dihatimu. Aku ada bersama angin untukmu. Aku ada bersama hujan dan aku selalu ada untukmu, selamanya. Disini, suatu hari nanti akan menunggu kepulanganmu, untuk kita."
Linda tampak menarik nafas dalam sebelum ia berlalu untuk menuju gang arah menuju rumahnya. Sebelum ia benar-benar melangkah matanya sekali lagi menyapu ke segenap arah. Ia ingin memastikan bahwa memang tidak ada yang sedang menunggunya.
"Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar. La ila haillahu Allahu Akbar. Allahu Akbar walillah ilhamm..."