[caption id="attachment_41580" align="alignleft" width="180" caption="google"][/caption] Panglima Organisasi Papua Merdeka (OPM), Kelly Kwalik itu, benar sudah mati. Dan, sampai saat ini belum dikubur juga. Bukan tidak ada tanah yang bisa di gali karena semua tanah "surga" Papua itu penuh dengan bahan tambang emas, tembaga, minyak dan gas. Kelly Kwalik belum dikubur karena pendukungnya terus berdatangan hanya untuk satu tujuan, melihat dan mungkin juga ingin menyentuh untuk terakhir kali tubuh sang pahlawan itu. Tubuh yang oleh ibunya, Mama Yosepha Alomang, disebut sebagai Jenderal Besar. Sungguh, siapa pun boleh menjadi penyebab kematian Kelly Kwalik baik dengan se-izin negara, undang-undang, kebijakan, atau semata karena sentimen. Baik karena alasan kedaulatan negara atau karena alasan memerangi teroris. Tapi kematian seorang pejuang justru akan semakin menghidupkan sosok sang pahlawan di mata prajuritnya, pengikutnya, pendukungnya, dan juga Ibunya. Kalau sudah begitu, harapan untuk mematahkan perlawanan hanya sebuah omong kosong apalagi jika itu dilakukan di tanah "surga" yang rakyatnya justru seperti berada di "neraka." Sebuah "neraka" penderitaan dan ketidakadilan dengan kontruksi bak rumah kaca yang memungkinkan penghuninya untuk tahu dengan sejelas-jelasnya betapa orang lain sedang begitu nikmat mencicipi hasil dari taman surga Papua. Karena itu, segeralah sadar dan tidak hanya membuka "Buku Perang" sekalipun buku itu diberi judul "Teori Perang yang Dibernarkan." Janganlah mengabaikan "Suara Kebenaran Hatimu" dan "Bisikan Kasih" dari Tuhanmu hanya karena memiliki buku, kitab, atau undang-undang yang dari judul luarnya saja sudah bisa membuatmu untuk mengokang senjata. Sekali lagi, senjata atau apa saja bisa dan boleh saja mencabik-cabik tubuh Kelly Kwalik tapi sungguh sang anak yang oleh mamanya di panggil "Jenderal Besar" itu akan dimakamkan atau dikubur di "Tanah Hati" penduduk Papua. Bersegeralah kosongkan senjata mu, masukkan peluru cinta yang terbuat dari kasih sayang. Lalu, ambil sikap tegas, berdiri fokus, dengan dengan senyum tembaklah hati Papua. Di jamin, tak akan ada tangis darah karena yang ada hanya tangis haru penuh bahagia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H