Jika Bang Akbar Tanjung (AT) sebagai sosok matahari maka Pak Jusuf Kalla (JK) Â sebagai bulan. Keduanya, beda karakter, beda sepak terjang, dan beda pandangan dalam memastikan kekinian dan masa depan Partai Golkar.
Yuk, kita cari tahu perbedaan dengan cara sederhana.
Partai Golkar terus diuji. Sejak 2004 kader ideologi (KI) terus bertarung dengan kader pragmatis (KP).
Bagi KI, berpartai ya harus ikuti proses, dinamika, aturan, dan kesepakatan.
Bagi KP, yang penting hasil. peluang dan kesempatan lebih utama.
Bagi KI ikatan nilai prestasi, dedikasi, loyalitas dan tidaktercela (pdlt) bagian tak terpisah dari usaha meraih kemenangan.
Bagi KP, yang penting kekuasaan berpeluang digapai. Terserah strateginya. Tujuan tidak boleh berubah (kuasa). Strategi boleh non prosedural.
Bagi KI, "pelanggaran" boleh saja asal melalui prosedur. Misal, bila akhirnya tidak bisa jadi capres atau cawapres ya boleh saja jadi pendukung.
Bagi KP, tidak ada namanya  "pelanggaran." politik adalah  pertaruhan, "perjudian" dan karena itu baca peluang menang. Jika menang tidak ada namanya pelanggaran.
Bagi KI, menang kalah biasa. Beda tidak masalah asal ujungnya bermuara pada forum bersama untuk pemufakatan.
Bagi KP, tidak ada istilah kalah. Yang penting menang, sendiripun jadi. bila peluang menang ada maka pendukung akan datang dan bila nanti menang dengan sendirinya akan ramai lagi pendukung.
Sosok KI sejati ya AT. Sosok KP sejati ya JK. Selebihnya ya kader yang mirip AT atau mirip JK.
Bila AT jadi mataharinya P Golkar maka JK jadi bulannya P Golkar.
Bagi AT apapun yang terjadi tetap di golkar. Bagi JK, dimanapun, jika menang bisa kembali dan kuasai lagi PG.
Bagi AT hidup mati, susah senang bersama PG. Bagi JK, cari kuasa agar PG bisa senang dan tidak mati.
Bagi AT kader yang tidak kuat silah buat/gabung dengan partai lain, beda partai ya tetap berteman. Bisa bermitra bila tidak bisa lagi bersama-sama.
Bagi JK, semua didukung. Semua teman. Semua peluang. Semua kesempatan. Dimanapun ada peluang. Makin banyak partai yang jadi kawan makin besar peluang.
Bagi AT hanya ada satu kendaraan resmi, yaitu P Golkar. Yang lain mitra. Bagi JK semua kendaraan sama saja. Toh tetap jadi pasangan resmi saat diajukan.
Bagi AT semua ada tahapannya u bertindak. Bagi JK hanya ada satu tahapan, yaitu kecepatan bertindak. Selebihnya baru proses.
Bagi AT tidak masalah PG menjadi kekuatan oposisi. Bagi JK tidak ada cerita PG menjadi opisisi.
Jadi, jangan heran bila lihat Akbar Tanjung yang terus berkhitmat di Partai Golkar sambil tetap ramah dengan semua pelaku politik di parpol lain, termasuk dengan parpol yang ketumnya adalah alumni politisi Partai Golkar. Dan, jangan heran juga lihat sepak terjang Jusuf Kalla yang bisa zig zag ke sana ke mari lalu kembali lagi "merebut" Partai Golkar untuk kepentingan politik. Jika sempat, bertanyalah kepada pengurus dan kader Partai Golkar di daerah, antara keduanya, dengan sosok mana yang paling nyaman menjalankan organisasi Partai Golkar. Jangan bertanya kepada lawan politik jika hendak mengetahui siapa yang paling disenangi. Bertanyalah kepada pengurus Golkar di daerah.
update
@atjeh01
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H