Hidup jauh dari orang tua bukanlah ke inginanku kala itu, karena aku hanyalah seorang anak perempuan yang manja namun dengan didikan orang tua yang kerasnya bak latihan militer. Tidak menyangka bahwa aku bisa lulus 7 tahun di Pondok Pesantren. Lingkup pesantren mengajarkanku banyak hal, mulai dari kemandirian, kerapihan, kepedulian, dan hal yang paling aku suka adalah kebersemaan.Â
Bertemu dengan orang-orang baru adalah hal yang paling aku sukai, aku menemui begitu banyak karakter manusia yang membuatku belajar bahwa tidak semua hal yang kita inginkan selalu apa yang kita harapkan. Dan pada akhirnya aku melarikan diri ke Pulau Jawa Bagian Timur. Tidak ada satu orang pun sanak saudara disanah, aku hanyalah anak perempuan manja yang sok kuat yang selalu menyukai hal baru, tantangan baru dan suka mengeksplor yang belum pernah ku coba sebelumnya.
 Bekalku untuk merantau bukanlah uang saku yang banyak, fasilitas yang enak, bahkan kehidupan yang layak. Tapi bekalku hanyalah apa yang aku pelajari dan aku pahami selama di Pondok Pesantren. Hal baru yang begitu mengesankan bagiku adalah bahasa, aku berasal dari suku sunda blaster betawi yang hidup di lingkupan suku jawa. Kehebatan bangsa ini salah satunya adalah mempunyai Bahasa yang satu yakni Bahasa Indonesia. Walaupun dengan logat yang berbeda-beda.Â
Pernah sesekali aku mencoba menggunakan logat jawa yang terbilang cukup medok, namun orang mengiranya aku berasal dari Suku Madura, senang sekali rasanya kala itu, karena logat medok itu aku bisa membeli barang di warung dengan harga yang lebih murah.
 Sholat shubuh berjamaah di masjid adalah hal yang paling aku sukai, karena aku bisa mendapatkan sarapan gratis sepulang berjama’ah. bagiku unik ada masjid yang di khususkan untuk wanita, sehingga aku bisa berdiam lama disanah. Namun sayangnya masjid di penuhi oleh lansia dan anak kecil bahkan akulah anak muda satu-satunya yang sering mendiami masjid itu.Â
Qodarullah entah apa yang terjadi, aku di amanatkan menjadi guru ngaji anak kecil, hal yang belum pernah ku coba sebelumnya, ditambah keterbatasan bahasa jawa yang belum aku kuasia seluruhnya, namun atas izin Allah semua berjalan lancar seperti biasanya.Â
Berbaur dengan orang lebih tua adalah hal yang sering aku lakukan di perantauan, seperti ikut serta pengajian ibu-ibu, ikut serta acara yang di adakan oleh RT setempat dan kegiatan gotong royong. Semua aku lakukan atas dasar ikhlas dan kebahagiaan. Meski tidak ada saudara satupun yang aku kenali di Kota Malang Alhamdulillah atas izin Allah aku diberi lingkungan yang aman dan nyaman. Dan merekalah keluarga baruku di tanah perantauan Ada pepatah yang mengatakan, Jika Kamu Ingin Di Hormati Orang Lain Maka Hormatilah Orang lain. usiikum wanafsi, sekian ...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H