Mohon tunggu...
Risma Febrianti
Risma Febrianti Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi

Komunikasi hal yang menyenangkan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Al-Farabi dan Sistem Politik

13 Juli 2024   06:13 Diperbarui: 13 Juli 2024   06:18 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Al-Farabi dan Sistem Politik

 Filsafat merupakan yang menarik untuk dipelajar, karena terdapat keunikan tersendiri dari setiap sudut pandang dari para filsuf. Filsafat sendiri hadir lebih awal di belahan dunia barat, Yunani. Sebutlah beberapa tokoh seperti Thales, Plato, dan Aristoteles. Setiap filsuf memiliki perbedaan dalam beberapa hal, seperti mengenai keilmuan matematika, tentang dunia atau kehidupan, dan ide-ide tertentu yang akan mereka kaji dan cari tahu kebenarannya. 

 Sama halnya dunia Barat, dunia Islam juga tak tertinggal dari ide filsafat dengan para tokoh yang kompeten di dalam bidangnya. Filsafat merupakan ilmu yang membahas tentang pengetahuan dan filsafat islam pun tak terlepas dari ilmu pengetahuan yang berdasarkan kepada Al-Qur’an dan Hadits. Salah satu tokoh terkenal dari filsuf Islam ini adalah Al-Farabi. 

Al-Farabi merupakan tokoh filsuf yang cerdas dengan segala keilmuan yang ia miliki. Ini terlihat dari banyak karya yang telah ia torehkandalam sejarah filsafat islam. Dari banyak karya Farabi ini, ada dua buah karya yang berjudul Al-Siyasah Al-Madaniyah (Pokitik Kenegaraan) dan Aru’ul Ahlul Madinah Al-Fadhilah (Pikiran Penduduk Negeri Utama) memiliki kesamaan dengan Republik karangan Plato. Kegiatan politik erat hubungannya dengan manajemen kerjasama sosial. Politik merupakan pusat dalam mengendalikan gerak hidup masyarakat. Pada masa hidup Al-Farabi system monarki absolut hampir dianut oleh seluruh negeri pada saat itu. Namun, Al-Farabi memikirkan konsep “Kebahagiaan tertinggi” untuk “Negeri Utama” yang ia harapkan. Pendapat Al-Farabi imi cenderung terlalu ‘sosialis’ di masanya, karena pemikiran cendikiawan ini sangat menjadi pembanding bagi pemerintahan monarki abolut.

Dalam hal pemerintahan atau pandangan kepada negara manusia ini Al-Farabi terpengaruhi oleh Plato. Negara dan manusia memiliki organ-organ dengan fungsinya masing-masing, bagian pada manusia terdapat otak (kepala) yang harus dijendalikan oleh hati. Relevan dengan konteks negara , yang terpenting adalah pemimpinnya dan secara hierarkis dibantu oleh yang lain. Sebagaimana jantung dan organ lainnya yang membantu kinerja otak.

Al-farabi memiliki kriteria atau kualifikasi ideal bagi seorang pemimpin diantaranya adalah; kecerdasaan, ingatan yang baik, pikiran yang tajam, cinta pengetahuan, sikap zuhud kepada harta dan semua hiasan dunia, cinta keadilan, ketegaran dan keberanian, sehat jasmani, dan fasih berbiara. Ditambahkan lagi dengan kualifikasi yang filosofis, yaitu Aql Fa’al (Akal Aktif) sebuah kemampuan akal yang dimiliki seorang pemimpin yang telah mendapatkan kebahagian hakiki dan senan berhubungan dengan alam rohani.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun