Mohon tunggu...
Risma Indah L
Risma Indah L Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan penikmat hobi

Menulis mencoba menginspirasi Mendidik mencoba memberdayakan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Peran dan Tantangan Guru dalam Menghadapi Murid yang Berpikir Kritis

7 Desember 2019   16:13 Diperbarui: 9 Desember 2019   03:25 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sikap kritis siswa perlu ditumbuhkan bersama dengan sikap asertif. Yakni sikap tampil percaya diri apa adanya dengan tetap menghargai tujuan dan hak-hak pribadi orang lain. Bersama itu juga memperjuangkan tujuan dan hak pribadinya. Tanpa melalaikan kewajibannya sendiri. 

Sehingga kritis juga asertif, kritis yang elegan. Bukan kritis yang "liar" tanpa batasan. Atau kritis yang sedikit-sedikit menjadi tukang kritik nan nyinyir

Saya ingin review ke awal. Mengapa kamu bersekolah? Jawabnya. "Untuk memberi pekerjaan kepada Guru".

Saya memang memilih untuk tidak bereaksi tersinggung apalagi marah. Saya malah jadi tertawa, mentertawakan diri saya sendiri. Menjadi bahan introspeksi bagi saya sebagai guru.

Mungkin selama ini terlupakan. Bahwa bukan hanya anak didik yang menjadi berarti karena jasa gurunya. Melainkan juga guru yang menjadi punya arti karena keberadaan anak didiknya. 

Bukankah kita saling membutuhkan? Bahkan bisa bertukar peran? Karena sejatinya semua orang adalah guru dan semua orang adalah murid. 

Kalimat kritis ini seakan membuka pemikiran bahwa selama ini kita jangan hanya merasa pantas untuk mengajar, melainkan juga perlu belajar dari para siswa kita.

Bukankah ada hal-hal dalam dunia mereka yang masih juga belum kita pahami? Bukankah seringkali ada gap zaman yang memisahkan kita dengan mereka yang harus dapat kita siasati, untuk bisa meraih pikiran dan hatinya?Apalagi caranya kalau bukan bersedia belajar lagi hal-hal baru? 

Merdeka belajar bagi saya, salah satunya adalah mengapresiasi sikap kritis. Sikap yang sering membawa kita membuka cakrawala baru. Sehingga saya tidak ingin alergi terhadap sikap kritis para siswa saya. Saya ingin membuat mereka merasa didengarkan. 

Mungkin bagi para remaja pasca milenial ini, guru dirindukan bukan lagi sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Itu mungkin puisi lawas. Tetapi terlebih diharapkan menjadi seorang kawan atau malahan sahabat tanpa tanda jasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun