Terlahir sebagai perempuan bukanlah pilihan, tak ada kesepakatan, akan tetapi ini adalah ketentuan takdir yang tak bisa diingkari.
Begitulah tubuhku terlahir sebagai perempuan, terlempar ke dalam desa.
Aku tumbuh sebagaimana gadis desa pada umumnya,
Aku terpenjara sebagaimana gadis desa pada umumnya,
Aku dididik sebagaimana gadis desa pada umumnya, dan
Kebebasanku direbut sebagaimana gadis desa pada umumnya.
Aku dipenjara oleh tubuhku sendiri yang dibangun dalam perspektif, lalu di dasarkan pada opini-opini agama, atau juga kedalam alasan-alasan moral.
Tentulah sebagai gadis yang hendak menjaga kesucian dari dosa akan manggut. Bertahun-tahun lamanya berada dalam buaian semacam ini, hidup dalam asuhan tanpa kebebasan.
Namun ini aku mulai berpikir, bukankah agama menghendaki seorang muslim untuk berilmu? Bukankah seseorang akan lebih kotor bila membiarkan dirinya dalam kebodohan? Dengan alasan apakah kita akan mengatakan bahwa bertahan menjadi orang bodoh akan lebih bermoral ketimbang melawan untuk belajar?
Kutanyakan ini pada alam semesta, atau juga kepada TUHAN yang terus diam-diam mengintipku dari balik tabir, jawab lah!!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI