Mohon tunggu...
Risma Devita
Risma Devita Mohon Tunggu... -

Simple

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ruang Kosong Imajiku

24 Mei 2014   18:07 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:09 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

****
“Aku ingin melihat bintang bersamamu”(Ferdy)

Di suatu padang rumput di bukit bintang itu, aku berharap dalam imajiku, ini adalah ruang kosong tanpa waktu, dan aku bisa bersamanya sampai kapanpun.


Angin, kamu membawanya kembali padaku, ini bukan suatu kebetulan, dan aku ingin kau selalu membawanya kembali lagi padaku, melihat bintang yang sama, di tempat dan waktu yang sama.

****
“Ayo pulang, kau tidak boleh kecapekan”
“Tidak, aku masih ingin menikmati saat ini, saat bersamamu, ayo ke taman mini, kuta main segala permainan di sana, sama seperti kita dulu. Aku ingin mengulangnya, dan menebus masa, saat aku pergi meninggalkanmu.”

Bagaimana bisa aku menolak kemauannya, bahkan itu yang selalu aku inginkan, dalam ruang kosong imajiku, saat aku sendiri, dan mengenangnya.

Bagaimana bisa aku enggan dan menggeleng, saat dia katakan ingin bersamaku, menikmati masa ini, dan menebus semua waktu yang telah ia lewatkan, sedang ini yang selalu ada dalam fikirku, setiap kali aku menyadari aku sendiri.
****
Malam semakin larut, dia memberikan mantelnya yang hangat kepadaku,
aku merasa ada yang aneh dengannya, tapi senyumnya memudarkan firasatku, senyum ini yang aku rindukan.

“Bisa kau peluk aku?”
“Hah? Memelukmu?”
“iya memelukku, mungkin yang terakhir (Sambil tersenyum)”

Semua begitu hangat dan nyaman, aku tak ingin semua ini berlalu.
Jika saja aku bisa menghentikan waktu.

“Aku ingin bersandar di bahumu, sebentar saja, aku lelah”
“boleh, tapi jangan tidur, aku tak ingin kau tertidur, firasatku buruk, bahkan mimpiku semalam pun buruk”

Tiba-tiba semua hening, angin seakan berhenti memberikan udara sejuknya,
tak ku dengar lagi sayup lirih suara jantung dan nafasnya, rasa takut tiba-tiba membuncah di dalam hatiku, benar saja aku menangis sejadinya,
“Bangun Fer... kau bilang tak akan tidur lama lagi, kau bilang takkan pergi dan membuatku sendiri lagi, aku minta janjimu sekarang.”

Tetap saja tak pernah ada nada sambutan darinya, suaranya kini takkan ku dengar lagi, dan ini benar-benar saat terakhirku bersamanya.
****
Pemakaman berlangsung, Rendypun pulang
“Terimakasih, atas waktumu untuknya, ku yakin dia bahagia disaat terakhirnya.”
****
Aku sempat berfikir untuk apa dia datang lagi hanya untuk meninggalkanku.

Aku kembali lagi sendiri, tanpa keluargaku, tanpamu.

Waktu kembali membuatku membencinya disaat aku mulai mengikhlaskannya.
****
“Ini ada titipan untukmu dari Ferdy.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun