Olimpiade 2024 di Paris, Perancis, hanya tinggal menghitung waktu. Turnamen multievent terbesar dan terakbar di dunia akan menggelar pesta olahraga terbesar, dengan mempertandingkan banyak nomor di 32 cabang olahraga dengan lebih dari 300 nomor disiplin, yang akan mengikutsertakan lebih dari sepuluh ribu atlet dari 206 negara anggota Komite Olimpiade Internasional termasuk Indonesia, untuk meraih medali emas sebagai bukti prestasi tertinggi di ajang paling akbar empat tahunan ini.
Dalam keikutsertaan di ajang Olimpiade, salah satu cabang olahraga yang menjadi andalan Indonesia untuk mendapatkan medali adalah cabang olahraga bulutangkis. Selama keikutsertaan Indonesia di Olimpiade, Indonesia telah meraih 8 medali emas, dan 8 medali emas tersebut disumbangkan seluruhnya oleh sektor bulutangkis. Sejak Olimpiade di Barcelona tahun 1992, setidaknya Indonesia konsisten meraih setidaknya satu medali emas dari cabang olahraga bulutangkis, tapi tradisi tersebut dalam sempat terputus pada tahun 2012, di mana Indonesia gagal meraih satupun medali di 5 nomor yang dipertandingkan dalam cabang olahraga bulutangkis.Â
40 hari sebelum Olimpiade dipertandingkan, kini sektor bulutangkis Indonesia tengah mengadakan persiapan dan evaluasi sebelum berangkat ke Paris bulan Juli mendatang. Jika kita melihat track record dari dalam satu tahun terakhir, sebenarnya kita melihat performa para atlet bulutangkis Indonesia tidaklah memuaskan. Pada tahun 2023 kemarin, kontingen Indonesia yang mengikuti BWF World Championship 2023 di Copenhagen dan Asian Games 2022 -yang diselenggarakan pada tahun 2023 karena penundaan akibat pandemi- di Hangzhou mendapatkan rentetan hasil buruk.Â
Pada BWF World championship 2023 di Kopenhagen, kontingen Indonesia menargetkan dua gelar juara, akan tetapi kontingen Indonesia hanya berhasil mendapatkan satu medali perak, yang dipersembahkan oleh pasangan ganda putri Apriani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti, setelah kalah dua game langsung di babak final oleh pasangan asal Tiongkok yang juga merupakan sang juara bertahan yaitu Chen Qingchen/Jia Yifan dengan skor 21-16, 21-12. Sementara dari empat sektor lainnya tidak ada yang berhasil mencapai semifinal. Sehingga target 2 gelar juara tidak tercapai dan malah membawa hasil mengecewakan.
Sedikit maju ke bulan September 2023, Asian Games 2023 diselenggarakan di Hangzhou, Republik rakyat Tiongkok. Kepala Bidang Pembinaan Prestasi PBSI saat itu, Ronny Mainaky, menargetkan 3 medali emas dapat diraih kontingen Bulutangkis Indonesia, akan tetapi bukannya untung malah buntung. Dalam ajang multievent terakbar se-Asia tersebut, Indonesia malah gagal meraih satupun medali dari tujuh nomor yang dipertandingkan. Bahkan tiga nomor yang diharapkan akan dapat memberikan medali emas, yaitu tunggal putra, ganda putra, dan beregu putra, semuanya terhenti di babak perempat final dan hasilnya Indonesia tidak mendapatkan medali apapun dari cabang olahraga bulutangkis. Padahal saat itu Indonesia tengah diperkuat oleh Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto dan Anthony Sinisuka Ginting, yang sama-sama menjadi unggulan pertama dalam turnamen tersebut.
Lalu berlanjut ke beberapa turnamen-turnamen bulanan yang diselenggarakan di BWF, voting Indonesia gagal meraih prestasi secara konsisten di beberapa turnamen sejak 2024, bahkan di salah satu dari tiga turnamen tahunan terbesar BWF yaitu Indonesia Open untuk edisi 2024, wakil Indonesia yang bisa lolos ke semifinal dapat dihitung dengan jari, itu hanya satu wakil dari sektor ganda putra yaitu, Sabar Karyaman Gutama/Muhammad Reza Pahlevi Ishafani, Di mana mereka sendiri hanyalah pemain non-Pelatnas dan bukan tergolong atlet yang tergabung dalam Pelatnas PBSI.
Mendekati Olimpiade Paris 2024, PBSI harus segera mengevaluasi capaian hasil buruk yang diraih atlet-atlet Indonesia, mulai dari penyuluhan mental, teknik, fisik, masalah cedera, dan faktor-faktor lain yang mengakibatkan performa para atlet Indonesia menurun dan inkonsisten. Karena jika masalah ini tidak diselesaikan tepat pada waktunya, bukan tidak mungkin kontingen bulutangkis Indonesia akan mengulangi tragedi yang terjadi pada Olimpiade 2012 di London yang lalu, di mana Indonesia tidak mendapatkan satupun medali dari lima nomor cabang olahraga bulutangkis yang dipertandingkan.
Selesaikan masalahnya sekarang atau makan getahnya nanti, itulah situasi di internal PBSI saat ini, rentetan hasil buruk dan konsistensi sejak tahun lalu telah menyebabkan Indonesia menanggung harga yang sangat mahal, berupa kegagalan dan tidak tercapainya target medali emas di Asian Games 2022 Hangzhou, yang merupakan tolak ukur kesiapan Indonesia dalam menghadapi ajang sebesar Olimpiade.Â
Kritik demi kritik telah diberikan, jika kritik-kritik tersebut tidak didengarkan oleh PBSI, maka para penggemar bulutangkis Indonesia pun akan terus kecewa oleh buruknya prestasi Indonesia. Ini telah dibuktikan pada ajang Indonesia Open 2024 yang diselenggarakan satu pekan yang lalu, di mana para penggemar bulutangkis Indonesia kehilangan antusiasnya untuk menonton langsung di Istora Senayan.
Apakah Indonesia akan mengulangi masa kegelapan di Olimpiade 2012? Hanya PBSI yang bisa menjawabnya, kita sebagai para penggemar bulutangkis Indonesia mengharapkan prestasi sebesar-besarnya demi negara tetap mengharapkan evaluasi yang yang sebenar-benarnya dari PBSI. Bukan sekadar omong-omong evaluasi yang dilakukan yang sudah sering kita dengar setiap kegagalan Indonesia di turnamen-turnamen yang diselenggarakan oleh BWF. Kita cemas, cabang olahraga Bulutangkis berpotensi tanpa medali di Paris 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H