Mohon tunggu...
Muhammad Risky Hamzar
Muhammad Risky Hamzar Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Indonesia, Anak Bapak dan Ibu, Putra Ibu pertiwi ,benci kesewenang-wenangan!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Fenomena "Lapor Polisi," Dua Sisi Mata Uang

10 Februari 2012   11:52 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:49 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini, Kepolisian Republik Indonesia kebanjiran order, bisa jadi karena mulai berkembangnya kesadaran hukum masyarakat, yang mulai mengerti tentang hak dan kewajibannya sebagai warga negara. Dan ini ditandai dengan menjamurnya pengacara-pengacara, yang dengan keahliannya memandang suatu permasalahan hukun menjadikan profesi ini laris bak kacang rebus di musim hujan. Fenomena ini menimbulkan gurat keresahan dalam batin saya sebagai warga negara.

Sisi positifnya, masyarakat mulai "melek" hukum, yang berujung pada keteraturan dan ketaatan kepada hukum. Nah, sisi negatifnya, tentunya bisa kita lihat dari bermunculannya kasus-kasus aneh belakangan ini, mulai dari mencuri sendal,mangga,permasalahan warisan, hingga permasalahan rumah tangga yang paling sensitif tergelar di Layar Kaca.

Fenomena yang aneh,sedikit-sedikit lapor polisi, seakan tidak ada penyelesaian secara kekeluargaan yang bisa diputuskan dengan musyawarah kedua belah pihak. Satu contoh paling heboh di awal tahun ini adalah kasus tuduhan perzinahan kepada Bupati Zumi Zola, seharusnya masalah pribadi seperti ini tak usah diekspos ke publik ,yang salah satu wujudnya dengan melaporkan hal ini ke kepolisian. Hal yang seharusnya masuk ke ranah privasi malah kemudian menjadi konsumsi publik, dan justru semakin mempermalukan diri sendiri.

Kasus anak kecil mencuri sandal, dan masih banyak kasus "nyeleneh" lainnya membuktikan bahwa kesadaran hukum masyarakat memiliki dua sisi mata uang, dan fenomena berbagai kasus di atas, membuka mata hati kita bahwa semangat persatuan dan kesatuan negeri ini mulai tiada. Permasalahan-permasalahan yang seharusnya bisa diselesaikan dengan duduk berembuk , harus dibawa ke ranah publik dan menggunakan upaya hukum sebagai ujung.

Well, inilah tugas kita sebagai generasi penerus untuk meluruskan budaya yang salah ini dan membudayakan penyelesaian masalah dengan jalan musyawarah.

have a good weekend ,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun