Hallo teman-teman, saya Risky Astya Rini mahasiswi program studi ilmu komunikasi di Universitas Ahmad Dahlan. Salah satu perguruan tinggi swasta di Yogyakarta. Di tulisan kali ini, saya akan sedikit membahas tentang konten kreator dan berbagi cerita pengalaman content creator
Apa itu content creator? Content creator adalah sebutan kepada seseorang yang mampu memproduksi berbagai materi konten untuk diunggah di beberapa platform, baik berupa tulisan, gambar, video, bahkan suara. Dalam bahasa Indonesia, content creator diartikan sebagai pembuat konten. Content creator tidak hanya memproduksi, seorang content creator juga bertanggung jawab atas kontribusi materi yang telah ia buat ke berbagai media, termasuk media digital.
Pembuat konten tidak selalu berkaitan dengan platform digital yang diunggah secara online, namun juga bisa secara offline. Seseorang yang bisa membuat produk seperti brosur, media presentasi, dan lain sebagainya juga bisa disebut sebagai content creator. Namun dalam era saat ini, content creator sering bersinggungan dengan digitalisasi.
Kita bisa disebut sebagai content creator jika kita mampu memproduksi sebuah konten. Bahkan jika kualitas video kurang baik, cukup gunakan kamera ponsel kemudian rekam aktivitas kita saat melakukan sesuatu yang sekiranya menarik penonton dan unggah di platform digital agar banyak yang bisa menjangkaunya.
Kita tidak perlu memiliki kemampuan teknis seperti mengedit video, menyunting tulisan, dan lain sebagainya. Namun seorang content creator dituntut untuk mengetahui hal itu agar konten yang dihasilkan sesuai dengan keinginan. Bisa berawal dari hobi yang selama ini ditekuni lalu membagikannya dalam bentuk video.
Sebagai content creator kita bisa bebas berekspresi untuk berkreasi dan lebih mudah untuk building community berdasarkan interest yang akhirnya akan menjadi penonton loyal dari content creator. Kelemahan content creator menurut saya masih terlalu bebas dan tidak adanya batasan norma. Dan yang paling parah adalah belum dewasanya masyarakat Indoneisa dalam membuat konten. Bisa dilihat pada masa pemilihan presiden dengan tersebarnya konten buruk di media digital. Dan masih ada lagi kasus prank misal yang pernah viral yaitu prank bantuan yang berisi sampah dari seorang pemuda. Semua itu menunjukkan kurangnya etika dalam menjadi content krator dan harus selalu diperbaiki.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H