Oleh : Kadek Riskya Dwi Irmayanti dan I Nyoman Kusuma A Mahaputra
Akuntansi FEB Universitas Mahasaraswati Denpasar
Masa pandemi COVID-19 sudah berjalan lebih dari satu tahun sejak pertama kali kasus pertama diumumkan di Indonesia. Berbagai hiruk pikuk terjadi seiring bertambahnya kasus COVID-19 di Indonesia. Bagaimana tidak? Semua sektor dari kesehatan, pendidikan, pariwisata, ekonomi, dan tidak terhitung dibidang lainnya ikut mendapat rentetan dampak pandemi ini.Â
Satu yang paling terasa dampaknya selain pada bidang kesehatan, adalah pada perekonomian masyarakat, terutama masyarakat usia produktif yang nampaknya paling terpukul pada fase ini. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya sarjana yang baru saja lulus kuliah dan hendak mencari pekerjaan, namun harus menunggu hingga beberapa kali melamar ke berbagai tempat untuk diterima, karena kurangnya lowongan, atau karena beberapa perusahaan lebih cenderung memilih pekerja berpengalaman.Â
Selain itu, banyak juga yang harus berhenti dari pekerjaannya karena faktor tertentu, seperti pada bidang pariwisata, atau mereka yang terkena penciutan jumlah pekerja di tempat kerjanya. Bahkan, beberapa dari mereka yang bekerja pun, tidak selalu mendapatkan gaji penuh atau tunjangan seperti yang biasa mereka dapatkan di masa jaya sebelum pandemi COVID-19.
Selagi pandemi ini bergulir sepanjang tahun, sepertinya waktu ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk memikirkan sendi -- sendi terkecil hidup kita yang belum pernah sekiranya kita dalami sebelum pandemi. Salah satunya adalah pengelolaan keuangan pribadi kita, yang nampaknya di masa pandemi ini datang dan memberi shock therapy.Â
Setidaknya sampai kita harus mengingat bahwa pandemi ini masih terus berjalan, dan kita semua tidak tahu apa yang akan kita hadapi kedepannya dengan keuangan kita. Bukan hanya untuk mereka yang belum bekerja, namun teman -- teman yang sudah bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, atau yang masih bersekolah, tidak banyak yang melakukan pendataan, perencanaan, dan pengelolaan uang yang baik untuk dirinya sendiri. Alasannya, mungkin  karena pengelolaan uang itu rumit bagi sebagian besar orang.Â
Namun, pikirian kembali, pengelolaan uang yang buruk itu benar -- benar dapat menghancurkan keuangan kita hingga tidak ada uang yang dapat kita alokasikan untuk keadaan -- keadaan darurat (diluar kebutuhan biasanya) seperti membeli paket internet, membeli headphone, atau keperluan lainnya untuk keperluan belajar online di masa pandemi, atau lainnya.Â
Wah, jangan sampai ini terjadi pada teman -- teman, karna pecayalah, uang itu ada bukan hanya untuk dibelanjakan, namun digunakan sebaik -- baiknya dan semaksimal mungkin untuk diri kita, maupun orang sekitar kita. Nah, berikut ada beberapa tips pengelolaan keuangan awal dan how to be a mindful spender, buat kalian yang suka kalap di awal bulan buat belanja ini itu! Check it out!
1. Mulailah untuk membuat perencanaan keuangan!
Hal ini mungkin terdengar rumit dan membosankan, namun nyatanya perencanaan keuangan ini adalah sesuatu yang mengasyikan untuk kita eksplor loh! Terlebih lagi, karena setiap individu mempunyai kebutuhan yang berbeda -- beda, cara kita dalam mengelola uang pun akan berbeda. Namun, dasar dari perencanaan uang adalah dengan membuat anggaran dana setiap bulannya untuk memonitor kebutuhan, pemasukan, dan pengeluaran kita per bulan. Adapun beberapa hal yang harus kita pertimbangkan dalam setiap bulannya adalah aloksi dana untuk:
- Kebutuhan sehari -- hari (uang makan, transportasi, pulsa/koneksi internet bulanan, dan lainnya),
- Belanja bulanan (barang/sumber daya yang diperlukan tiap bulannya, seperti belanja produk perawatan diri, alat perlengkapan sekolah, atau keperluan lainnya yang harus dibeli tiap bulannya)
- Additional budget untuk refreshing, hobi dan lainnya
- Dana darurat (untuk keperluan diluar anggaran bulanan yang tidak diduga)
- Dana untuk ditabung dan donasi (dapat disisihkan dari sisa alokasi diatas)