Mohon tunggu...
Risky Ardiansah
Risky Ardiansah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa semester dua Rekayasa Nanoteknologi Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Peningkatan Produktivitas dan Kualitas Pertanian dengan Nanosensor CO

12 Mei 2023   21:23 Diperbarui: 12 Mei 2023   21:29 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Credits: Audrius Merfeldas/shutterstock.com 

Nanoteknologi adalah salah satu bidang ilmu yang berkembang pesat dan membawa banyak inovasi dalam berbagai bidang, termasuk pertanian. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang penggunaan nanoteknologi dalam pertanian dan bagaimana teknologi ini dapat membantu meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian.

Nanoteknologi adalah teknologi yang menggunakan material dengan ukuran nanometer, atau 1 hingga 100 nanometer. Material-material ini memiliki sifat yang berbeda dengan material yang lebih besar, sehingga memungkinkan kita untuk mengontrol dan memanipulasi sifat-sifat ini untuk menghasilkan material yang lebih efisien dan efektif.

Nanosensor adalah salah satu inovasi terbaru dalam bidang pertanian yang berpotensi untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas pertanian. Nanosensor adalah alat deteksi yang menggunakan teknologi nanoteknologi untuk mendeteksi sinyal dan perubahan di lingkungan yang berkaitan dengan pertanian, seperti ketersediaan nutrisi, kelembaban, dan suhu tanah.

Salah satu contoh nanosensor yang telah dikembangkan dalam pertanian adalah nanosensor karbon monoksida (CO). Nanosensor CO dapat digunakan untuk memantau kadar CO pada lingkungan yang terkait dengan pertanian, seperti pada greenhouse dan ruang penyimpanan hasil pertanian.

Nanosensor CO menggunakan teknologi nano untuk mendeteksi konsentrasi CO. Dalam nanosensor CO, terdapat lapisan tipis nanomaterial yang terbuat dari senyawa logam oksida seperti SnO2, ZnO, dan Fe2O3. Ketika gas CO hadir di sekitar sensor, ia akan bereaksi dengan lapisan tipis nanomaterial tersebut dan menghasilkan perubahan sifat listrik pada sensor. Perubahan sifat listrik ini dapat diukur dan dikonversi menjadi sinyal yang dapat dibaca oleh sistem pemantau.

Penggunaan nanosensor ini telah memberikan kontribusi positif dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) dalam berbagai aspek. Aspek SDGs yang dimaksud ini adalah pada poin 12 (Produksi dan Konsumsi yang Bertanggung Jawab), poin 2 (Penghapusan Kelaparan), dan poin 7 (Energi Bersih dan Terjangkau)

Namun, penggunaan nanosensor juga harus dilakukan dengan hati-hati karena dampaknya terhadap kesehatan dan lingkungan masih perlu diteliti lebih lanjut. Sebagai teknologi yang relatif baru, nanosensor masih memerlukan pengembangan lebih lanjut dan penelitian yang lebih luas untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya dalam bidang pertanian.

Buraga, C., Kocsis, V., Borodi, G., & Toth, A. L. (2019). Tin dioxide based thin film nanosensors for CO detection. Sensors and Actuators B: Chemical, 296, 126635.

Salehi, A., & Jalali-Heravi, M. (2018). Review on nanomaterials-based gas sensors with emphasis on environmental monitoring of volatile organic compounds (VOCs). Microchimica Acta, 185(2), 75.

Xu, X., Xu, X., Yin, L., & Xiong, W. (2016). A review of novel techniques for heavy metal ions detection. Journal of Nanomaterials, 2016.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun