Mohon tunggu...
windu
windu Mohon Tunggu... Administrasi - pro populi discimus

Bondowosoans

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dunning-Krugger Effect

26 Maret 2021   15:11 Diperbarui: 26 Maret 2021   15:16 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

pernah gak sih, kalian bertemu orang yang merasa dirinya paling kompeten dalam hal apapun? ikhwal keyakinan kadang kita memarjinalkan ketidaktahuan yang kita miliki. Itu artinya kenapa banyak orang nir-pengalaman dan pengetahuan merasa sangat yakin jika dirinya lebih mampu dari pada yang lain.

Nah, dalam ilmu perilaku manusia, sikap kecenderungan untuk terlalu yakin terhadap pengalaman dan pengetahuan yang kita miliki, disebut dengan Dunning-Krugger Effect. Dunning-Krugger Effect, diambil dari nama dua orang penelitinya, Dunning dan Krugger).

Untuk menyebut fenomena ini agar lebih populer, kita dapat sebut "Tong Kosong Nyaring Bunyinya". Jika "Tong Kosong Nyaring Bunyinya" merupakan sebuah peribahasa, "Dunning-Krugger Effect merupakan sebuah kajian ilmiahnya. Jadi, kita bisa dapat dua pengetahuan nih, peribahasa dan kajian ilmiahnya.

Banyak kita temui individu yang tidak banyak tau apa-apa, justru merasa paling pakar. Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena kerangka berpikirnya memang lemah, pengetahuannya minim. Mereka tidak mau tahu, jika ada ratusan jurnal ilmiah tentang topik pembahasan. Berangkat dari individu yang malas membaca, tidak menyadari betapa kompleksnya ilmu pengetahuan, mereka merasa kerangka berpikirnya sudah yang paling benar, akurat, dan relevan.

Individu yang miskin wawasan, akan merasa dirinya telah mengetahui dan menguasi ilmu pengetahuan. Narasinya begitu meyakinkan pada setiap kesempatan. Syahdan, individu yang benar memahami begitu banyak wawasan akan merasa rendah hati, tidak merasa opininya paling kuat. Sebab banyak kajian yang telah ia baca, sehingga sadar betapa kompleksnya ilmu pengetahuan.

Kenapa terdapat fenomena Dunning-Krugger Effect? Apa faktor yang melatarbelakanginya?

  • Lemahnya minat baca, individu yang malas membaca buku, apalagi yang memerlukan deep thinking. Akan berimbas pada kerangka berpikir yang rapuh, rentan terjebak dalam the death of expertise.
  • Minimnya pengenalan tradisi literasi dan critical thinking skills pada peserta didik. Atau mengajarkan pada peserta didik supaya menggunakan logika dan wawasannya demi mampu berpikir secara orisinal. Bukan tanpa sebab, praktik hafalan dan gaya bicara satu arah yang monoton tanpa adanya dialog. Akan memicu kerangka berpikir yang tidak mandiri dan kreatif.
  • Makin membanjirnya konten dangkal yang tidak memerlukan deep thiking baik di media sosial maupun media online, hal tersebut include dengan click baitnya. Banjirnya "konten sampah" kalau mengacu pada temen-temen Komunitas Bondowosoan, yang akan membuat kerangka berpikir seorang individu mengalami degradasi.

Apa yang menjadi konsumsi otak kita, sangat berkorelasi terhadap corak bangunan pikiran kita. Saat otak kita mengkonsumsi informasi yang tidak edukatif, maka kerangka pikiran kita juga akan semakin rapuh. Lantas, bagaimana solusinya? Supaya kita terhindar dari jebakan the death of expertise dan tidak membangun kerangka berpikir Dunning-Krugger Effect?

  • Pertama, menumbuhkan minat baca. Selain akan menghasilkan kerangka berpikir yang orisinal, tradisi membaca juga akan menyadari jika ilmu pengetahuan itu kompleks dan berevolusi
  • Kedua, perubahan pada metode pembelajaran. Pola pembelajaran satu arah/Lower Order Thinking Skill (LOTS) sudah dirasa tidak relevan. Peserta didik bukan objek yang pasif. Jika kebiasaan ini tidak dirubah, justru semakin menumpulkan critical and creative thinking skills. Maka dari itu, perubahan pada metode Higher Order Thinking Skills (HOTS) akan menguatkan critical and creative thinking skills peserta didik.
  • Ketiga, ketika kita mengacu pada paparan Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinxo Abe, di World Economic Forum. Bahwa pada hari ini tidak ada gap antara manusia dan teknologi. Artinya, teknologi sudah menjadi bagian dari hidup manusia. Berbeda dengan konsep revolusi industri 4.0, manusia menjadi lebih modern karena memilki akses terhadap teknologi. Jika teknologi telah manjadi bagian dari manusia, pada akhirnya semua tergantung kebijakan kita dalam menggunakannya. "Manusia yang memperalat alat, atau manusia yang diperalat oleh alat?" -Budiman Sudjatmiko. Artinya hari ini kita harus bijak menggunakan teknologi, atau produk teknologi, tidak menyebar hoax ataupun terlalu banyak mengkonsumsi "konten sampah".

Demikian bagaimana gambaran Dunning-Krugger Effect, kerangka berpikir yang lemah akan membawa kita pada rasa yakin dengan pengetahuan yang kita miliki dan memarjinalkan ketidaktahuan yang kita miliki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun