Tabe Salamat Lingu Ngalatai Salam Sahujud Karedem Malempang,
Adil Ka'Talino Bacuramin Ka'Saruga Basengat Ka'Jubata, Arus Arus Arus!!!
Di Indonesia banyak sekali budaya dan tradisi didalamnya dimana tradisi sudah sangat melekat bagi masyarakat khususya dalam masyarakat Dayak kanayatn memiliki adat budaya yang sangat menarik untuk diangkat, sub suku ini tersebar di beberapa daerah di Kalimantan barat seperti, Kabupaten Landak, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten mempawah, Kabupaten Kubu Raya dan juga tersebar dibeberapa daerah sekitarnya. Dayak kanayatn adalah sub suku Dayak yang bisa dibilang rumpun Dayak darat atau orang darat. Budaya masyarakat Dayak ini memiliki kegiatan ritual adat yang patut untuk diperhatikan, mengingat dari zaman ke zaman kaum muda sudah banyak melupakan adatnya sendiri yang menjadikan budaya habis ditelan oleh zaman yang kian berkembang. Masyarakat Dayak memiliki system pertanian 1 tahun 1 kali yang dikenal dalam Bahasa Dayak Bahumak Batahun, sebelum melakukan panen masyarakat Dayak memiliki tahapan-tahapan dimana dimulai dengan membuka ladang, membersihkan ladang, memilih benih, menanam dan terakhir memanen, tahapan ini memiliki ritualnya tersendiri yang dilakukan oleh masyarakat.
Mayarakat Dayak memiliki upacara yang unik salah satunya upacara adat Naik Dango. Upacara Naik Dango adalah upacara rutin setiap tahunnya yang digelar pada bulan April, upacara ini bertujuan untuk memberikan rasa syukur kepada Nek Jubata (sang pencipta). Â Naik Dango merupakan upacara sehabis panen di Kalimantan Barat. Dimana sebelum melakukan Naik Dango masyarakat yang terlibat melakukan rapat untuk menunjang acara ini, yang mana setiap kepada adat atau Demong memimpin rapat pertemuan tersebut. Dalam upacara Naik Dango ada 3 aspek didalamnya yaitu Agaris, religious dan kehidupan kekeluargaan. Aspek agaris adalah aspek yang bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai bercocok tanam, aspek religious adalah aspek yang hubungannya mayarakat Dayak dengan penciptanya dan aspek kehidupan kekeluargaan adalah aspek dimana masyarakat satu dengan lainnya yang mempersatukan masyarakat untuk solidaritas dan menjunjung tinggi nilai kekeluargaan antar keluarga terdekat maupun jauh disetiap tahunnya.
 Dalam upacara Naik Dango masyarakat yang terdiri dari orang tua menyiapakan masakan dan barang barang untuk ritual adat yang mana barang barang ini disiapkan oleh perangkat adat disetiap kampungnya. Kegiatan ini dikenal dengan batutu, barang barang yang siapkan berupa lemang, tepung tawar, telur, beras, sirih dan sebagainya. Sebelum upacara hari Naik Dango diadakan ritual adat nganyahatn yang dilakukan didalam dango, ritual ini dilakukan sebanyak 3 kali ditempat yang berbeda, yang pertama dilakukan disami atau pelantaran utama bertujuan untuk mengundang atau memanggil jiwa padi yang belum datang agar datang upacara nganyahatn, yang kedua dilakukan lagi ritual nganyahatn di balo atau lembung padi tujuannya untuk mengumpulkan jiwa padi yang sudah dipanggil dan yang ketiga nganyahatn dilakukan di pandarengan atau tempat penyimpanan beras yang besar. Tujuan dari nganyahatn ini adalah untuk memberkati padi agar bisa bertahan dalam waktu yang lama. Kata Dango dalam Bahasa Dayak artinya lumbung padi, dalam upacara Naik Dango ini meliputi beberapa kegiatan seperti menimang padi dalam bentuk nyanyian dan tarian yang bermakna harapan untuk panen berikutnya.
Padi yang sudah ditimang ini dimasukan kedalam Dango bersamaan dengan hasil panen yang sudah didoakan sebelumnya oleh petua adat. Setelah petua adat melakukan nganyahatn ini masing masing dari masyarakat Dayak menyimpan padi yang telah didoakan atau diritual, masyarakat Dayak ini akan menyimpan padi tersebut kedalam rumah adat atau rumah betang. Naik Dango didasari oleh mitor masyarakat Dayak kanayatn dimana awal dengan asal usul padi yang berasal dari setangkai padi milik Nek Jubata yang ada di gunung bawang yang dicuri seekor burung pipit yang mana biji padi itu jatuh ketangan Nek Jaek  yang merupakan masyarakat Dayak yang sedang Mengayau. Selain upacara yang digelar naik dango ini memiliki pesan didalamnya supaya Talino (manusia) bisa bersyukur atas segala kenikmatan yang telah diberikan oleh sang pencipta. Dimasa ini upacara Naik Dango dikemas dengan berbagai kegiatan seperti pameran kerajinan tradisionl, music tradisional yang menggunakan alunan alat music sape, hal ini menjadikan Naik Dango sebagai upacara pesta rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H