Jujur aku juga sedikit memiliki rasa terhadapnya, dia laki-laki yang membuatku tertawa untuk pertama kalinya semenjak aku menginjakkan kaki di kota ini.
Di kelas aku melihatnya biasa saja, dia sesekali mencuri pandang melihatku. Aku sadar namun memilih tidak peduli, aku masih ragu dengan ucapannya. Selesai kelas, dia tidak menghampiriku, tidak seperti kemarin kemarin yang selalu mengajakku ke caf.
 Aku mencoba bersikap tidak peduli melihat keanehannya, aku memasukkan buku di tas dan kemudian keluar dari kelas. Nah, disini lah keanehan itu terjadi, keluar dari kelas dia menungguku di samping tangga turun, aku melambatkan langkahku berpikir mungkin dia ingin mengatakan sesuatu. Namun tidak, aku melanjutkan langkahku turun tangga, aku menyadari dia mengikutiku.
 Dia terus saja mengikutiku, aku mulai takut, dia kenapa, aku memilih jalan menuju caf berpikir disana kan banyak orang, jadi dia tidak bisa melakukan yang aneh-aneh. Setengah perjalanan hatiku berkata lain seperti membisikkan sesuatu, aku menghentikan langkahku sambil berkata keras.
"Lelaki sejati itu jalan disamping perempuan, memastikan dia baik-baik saja, bukan berjalan di belakangnya seakan penguntit" Aku teriak keras, beberapa orang melihat kami, namun tidak peduli dan melanjutkan kesibukannya.
Dia diam sebentar mendengarku, kemudian berjalan ke sampingku lalu berkata dengan nada pelan.
"Aku hanya lelaki yang datang di saat mu terlihat marah, mencoba menenangkanmu, namun setiap malam aku memikirkan dirimu, seharusnya aku memarahimu karena sudah membuatku tidak bisa berhenti memikirkanmu"
Aku diam mendengarkan.
"Aku ingin mengajakmu ke tempat dimana seisi kota akan terlihat jelas" Dia mengajak.
"Kemana?"
 "Sudah ikut saja, aku tidak membawamu kemana-mana, bahkan menyakitimu saja aku tidak akan" dia memantapkan tawarannya.