Tahun 2004 lalu tepatnya umurku masih 3 tahun aku dan kedua orang tuaku tinggal di sebuah gubuk kecil yang hanya bisa mengisi 3 orang . Pekerjaan bapaku nelayan sedangkan ibuku hanya ibu rumah tangga. Kami makan sehari-hari dengan memasak hasil tangkapan ikan dari bapak . Â Sampai suatu hari kedua orang tuaku sudah mulai jenuh dengan keadaan ekonomi keluarga kami dan merekapun memutuskan untuk merantau ke negeri seberang.
Ibu : nak ibu dan bapak akan pergi dengan waktu yang cukup lama ( dengan wajah sedih)
Anak : memangnya ibu mau kemana?
Ibu : ibu pergi sebentar , nanti jika sudah saatnya ibu akan pulang (dengan wajah yang seakan -akan memberi pemahaman)
Anak : lalu aku tidur dengan siapa jika ibu dan bapak pergi?
Ibu : ibu sudah menitipkanmu pada paman dan bibimu untuk sementara waktu
Anak : baiklah Bu nanti jika pulang belikan aku mainan yang banyak ya... ( dengan muka tersenyum)
Ibu : iya nak ibu janji akan membelikan mainan yang banyak
Keesokan harinya bapak ibuku sudah berangkat banyak orang berdatangan kerumah untuk melihat bapak ibuku berangkat ada juga yang memberikan uang untuk ongkos
Tittttttt tiittttttttt ( bunyi suara kelapson motor)
Supir : dengan ibu siti aminah?
Ibu : iya saya ( sembari mengambil tas )
Supir : bagaimana bu sudah siap berangkat?
Ibu : sudah pak ( matanya berkaca-kaca sembari menoleh kebelakang memandang anak 3 tahun itu)
Anak : ( ikut keluar membawakan tas ibunya)
Ibu : terimakasih banyak semuanya sudah berkunjung ke rumah saya (menatap para warga dan bersalaman)
Warga : Syafa ( gadis umur 4 tahun ) berikan ucapan hati hati pada ibumu
Anak : dadahhhh buuuuuuu (muka tersenyum dengan melambaikan tangan). Ayo semuanya dadah pada ibuku (sembari mengajak para warga untuk melambaikan tangan)
Ibu : (melambaikan tangan dan menangis)
Warga pun ikut menangis
Setahun kemudian. Tahun 2005 tahun pendaftaran taman kanak-kanak sudah dibuka usiaku sudah 4 tahun teman temanku sudah mendaftar sekolah TK sedangkan aku memilih untuk tidak sekolah.
Aku memiliki 3 orang teman bermain yang bernama Sinta , Luluk , dan Nabil kami bertiga bersahabat Sampai suatu hari ada salah satu  teman mainku yang bernama Gabriel mengejekku dengan perkataan gadis yang tidak bersekolah. Orang tua Gabriel adalah seorang PNS
Syafa (aku) : nanti setelah kalian pulang sekolah kita main ya (mengajak 3 temannya)
Sinta, Luluk, Nabil : ayokkkkkkkk (serentak)
Merekapun pulang sekolah dan bermain bersama-sama dengan syafa. Seketika Gabriel datang
Gabriel : Hey kalian kenapa kalian bermain dengan syafa (dengan nada tinggi)
Sinta, Luluk , Nabil , Syafa melihat kearah Gabriel
Sinta : memangnya kenapa Gabriel?
Gabriel : jangan bermain dengannya (menunjuk Syafa) dia itu tidak bersekolah apa kalian tidak takut !! Â
Sinta : kami bersahabat dengannya dan selalu bermain dengan syafa . Kami tidak perlu takut (dengan nada lumayan tinggi sembari memanjang lehernya)
Gabriel : yasudah asalkan aku sudah bilang pada kalian jangan berteman dengannya (memalingkan muka dan pergi )
Luluk : Syafa memangnya kenapa kamu tidak bersekolah seperti kami ?
Syafa : tidak papa Luk aku hanya takut waktu bermain ku berkurang hehehehe ( muka tersenyum )
Syafa : sebaiknya kita pindah tempat main saja nanti Gabriel datang lagi dan mengacaukan permainan kita (berdiri dan mengajak teman-temannya pergi)
Nabil : iya betul
Kami ber 4 pergi dengan membawa barang mainan kita
2 TAHUN KEMUDIAN
Tidak terasa sekarang teman-temanku sudah lulus TK dan kami berencana akan mendaftar sekolah ditempat yang sama . Tetapi kami berbeda sekolah madrasah, Sinta dan Nabil mendaftar madrasah di aba attaqwa dan aku di sirajul Munir meskipun demikian kami tetap bermain bersama . Singkat cerita sekarang aku sudah lulus SD. Dan meneruskan sekolah ke jenjang lebih tinggi kini aku menjadi gadis remaja yang memiliki tekad yang kuat dan selalu berusaha
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H