Mohon tunggu...
Riski septino Ardiansyah
Riski septino Ardiansyah Mohon Tunggu... Dosen - Saya profesi sebagai penulis

Saya adalah seorang penulis yang bertujuan untuk mempublikasikan karya ilmiah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengunjungi sekaligus eksplorasi situs sejarah makam Datuk badar gunung di perbatasan hinai kanan dan muka paya

2 Agustus 2024   18:32 Diperbarui: 2 Agustus 2024   18:35 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

KKN 138 mengunjungi salah satu situs yang berada di perbatasan kelurahan muka paya dengan KKN 137 dengan dusun VI desa hinai kanan.

Pada saat bersamaan, kami bertemu dengan kepala dusun VI bapak sugianto sekaligus bertukar cerita terkait desa dan sejarah yang beredar. 

Situs makam Datuk badar gunung
Situs makam Datuk badar gunung

Alkisah dikatakan oleh pak Kadus bahwa makam yang ditemukan adalah bernama makam datuk badar gunung , beliau adalah menantu dari Datuk imam Sutan seorang Datuk yang berpengaruh pada kesultanan Langkat.

Tegasnya beliau mengatakan, bahwa Datuk ini adalah status sosial setara dengan kepala desa di era sekarang, dari hasil cerita beliau dia mengatakan bahwa Datuk badar gunung yang wafat pada 1790 bernama asli Abdul Rahman berasal dari Aceh. Lalu, alasan mengapa makam makam Datuk yang ditemukan di daerah hinai kanan bertepatan dengan pesisir muara sungai karena disebut sebagai tempat yang suci dan damai serta bisa meditasi selama proses tersebut. Disitulah bahwa Datuk Datuk ini banyak dimakamkan di sekitar pinggiran sungai Wampu. 

Kondisi makam Datuk badar gunung 
Kondisi makam Datuk badar gunung 

Setelah bertukar pikiran mengenai sejarah, kepala dusun juga menjelaskan bagaimana dengan suasana dusun nya, bahwa dusun tersebut masih terbilang ramai tapi bersekat block artinya setiap tanah ada satu rumah.

Begitulah hasil dari temu ramah ke dusun VI sekaligus melihat survey penduduk dari dusun ke dusun. 

KKN 138 UINSU

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun