[Security] Oke, kita kan punya libur kerja di hari yang sama, boleh saya ajak kamu jalan?
Karina mengernyitkan alis.
[Karina] Maksudnya?
Security itu menggengam tangan Karina.
[Karina] Bapak ngapain, sih?
Karina melepas genggamannya.
[Karina] Kalo orang liat gimana? Saya gak mau ya nantinya dikata-katain pelakor.
Padahal saya beberapa kali menghindar dari dia, tetap saja ujung-ujungnya setiap hari saya harus melihat ekspresi sumringahnya ketika melihat saya. Keesokan harinya pun saya belum memberikan jawaban apakah saya mau diajak jalan bersamanya atau tidak. Setelah aktifitas libur di rumah, beberes dan bersantai-santai. Adinia keluar dari kamar dengan pakaian yang sangat rapi, saya berusaha untuk tidak menaruh curiga. Namun tetap saja, saya harus tegur dia setidaknya bertanya apa yang dia lakukan selama ini.
[Karina]Â Dek, mau ke mana lagi, sih? Nggak betah banget di rumah. Semalem itu kamu baru pulang, harus pergi lagi?
[Adinia]Â Aku mau cari kehidupan baru, mbak.
Adinia lenyap begitu saja, hubungan kami menjadi renggang dan dia makin jarang di rumah. Saya inginnya berusaha tegas, tapi dia terlalu pintar untuk menjawab apa yang saya katakan dan saya tidak mau ambil pusing.