Mohon tunggu...
Riski
Riski Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berusaha belajar untuk menjadi pelajar yang mengerti arti belajar

Ada apa dengan berpikir?

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Ilustrasi Psikopat: "Manusia yang tersakiti"

11 Februari 2024   02:17 Diperbarui: 11 Februari 2024   06:20 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Janganlah terlalu lama mencintai kalau untuk menyakiti. karena dia yang tersakiti akan menyimpan dendam yang tak terobati.

Jangan memberi manisan kalau rasanya asin. Karena itu akan membangkitkan kegelisahan hati yang terdinding penyakit batin

Jangan tunjukkan kebahagiaan kalau hanya manipulasi. Karena derita yang timbul dari kepercayaan lebih sakit dari pada menderita di goresi dengan belati besi

Jangan memberi pesan palsu pada dia yang bersih. Karena dia yang bersih akan terbasuh penyakit ilusi, yang akan memberi pesan kembali dengan membawa pasword "Kamu dinanti ketika kambali".

Jangan mengganggu kalau tidak ingin di ganggu. Karena dia yang terkurung dalam diam sekian lama akan meraung bagai kucing yang tertuding untuk melawan kehadiran benalu

Jangan memberi racun untuk kedua kali dikala racun pertama masih terasa. Karena dia yang telah tersakiti untuk sekali, tidak akan pernah berpikir untuk kembali memberinya naungan di hati yang telah terpalang duri

Menyakiti tidak sederita pembalasan. Berhentilah menjadi hebat dengan membuli, dan larilah sejauh mungkin dari dunianya. Biarkan dia nyaman pada pilihannya, dan jangan memberinya kenyamanan yang tidak dia inginkan

Psikopat adalah dia yang lugu. Hatinya bersih dari noda dikala sunyi. Namun hati itu akan bernoda jika diberi warna. Warnanya lebih pekat bagaikan kegelapan.

Itulah dia, manusia dengan cinta penderitaan, yang berjiwa malaikat dikala bahagia dan berjiwa iblis dikala menderita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun