Mohon tunggu...
Riski
Riski Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berusaha belajar untuk menjadi pelajar yang mengerti arti belajar

Ada apa dengan berpikir?

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Bidayah al-Hikmah II: Kesatuan Makna Konsep Wujud

2 Oktober 2023   00:13 Diperbarui: 2 Oktober 2023   01:58 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
wallpaperbatter.com

Pertanyaan yang kemudian muncul adalah "apakah pembagian wujud tersebut meniscayakan wujud itu bermakna ekuivokal, atau univokal?." Dalam klaim kaum teolog wujud dimaknai dengan ekuivokal (banyak makna). Predikasi wujud sebagai ekuivokal—karena melihat keberadaan yang saling berbeda satu sama lain, baik kita manusia dengan wujud Tuhan, maupun dengan wujud makhluk yang lain. Atas klaim tersebut merupakan sesuatu yang salah. Olehnya itu penulis akan menjelaskan, dimana letak kesalahan dalam memahami makna wujud oleh para teolog, dan hal ini juga akan mejawab pertanyaan "apakah bembagian wujud; ada wujud wajib—ada wujud mungkin, mengindikasikan makna wujud ekuivokal atau univokal?".

Dalam hal ini banyaknya wujud yang beragam antara satu makhluk dan makhluk yang lain, ataupun antara makhluk dan Tuhan—Sebenarnya hal itu tidak mengindikasikan makna wujud itu ekuivokal. Berikut argumentasi penulis, bahwa makna wujud sebenarnya adalah univokal.  

Sebelumnya penulis membahas akan adanya pembagian pada wujud menjadi wujud wajib dan wujud mungkin, dan wujud mungkin terdiri atas dua, yaitu substansi dan aksiden. Dari pembagian wujud tersebut tidak mengindikasikan bahwa makna wujud juga akan menjadi beragam---sebab segala pembagian itu tidak keluar dari wujud. Kenapa pembagian tersebut tidak mengindikasikan makna wujud bermakna ekuivokal—Karena dilihat dari pembagian tersebut bahwa segala pembagian itu merupakan pembagian yang berada dalam wujud. Untuk lebih mudah memahaminya, penulis akan memberikan satu contoh.

 Misalnya seorang pedagang menjual apelnya dengan berbagai harga. Perbedaan harga tersebut karena perbedaan kualitas dari setiap apel; apel satu, merah segar. Apel dua, merah namun tidak segar. Apel tiga, hijau segar. Sedangkan apel ke–empat, hijau tidak segar. Dari pemisahan apel tersebut—karena perbedaan kualitas. Namun, jika dilihat pada apel yang dipisah, sebenarnya tidak mengindikasikan bahwa karena apel pertama lebih bagus—Maka ia lebih apel dari apel kedua, tentu hal itu salah—sebab semuanya tetaplah apel—karena perbedaan itu terjadi hanya pada kualitas bagus dan tidaknya pada apel tersebut.

Olehnya itu dari contoh yang telah penulis jelaskan di atas, membuktikan perbedaan antara satu wujud dengan wujud yang lain, bukan kerena beragamnya makna wujud. Perbedaan itu terjadi karena pada wujud mungkin memiliki batasan dan kualitasnya yang berbeda dengan wujud yang lainnya. Dimana, batasan dan kualitas wujud itu disebut dengan "mahiyah".

Dari sini jelaslah bahwa perbedaan terjadi pada wujud mungkin, karena adanya mahiya sebagai batasan antara satu wujud dengan wujud yang lain. Lantas, pertanyaan yang kemudian muncul, wujud Tuhan sebagai wujud wajib yang tidak memiliki batasan dan wujud makhluk sebagai wujud yang memiliki batasan apakah mengindikasaikan makna wujud itu menjadi ekuivokal (makna ganda)?. Seperti yang telah penulis jelaskan sebelumnya, bahwa yang membedakan antara satu wujud dengan wujud yang lain, karena adanya mahiya sebagai batasan dari wujud. Artinya antara wujud Tuhan dan wujud makhluk adalah tetap wujud yang satu. Perbedaan terjadi terletak pada mana yang wujud murni (tidak memilki batasan) dan mana wujud yang tidak murni (yang memilki batasan), namun tetaplah wujud.

Olehnya itu jelaskan sudah bagi kita, bahwa apa yang dianggap oleh kaum teolog, makna wujud itu ekuivokal telah tergugurkan---hal itu dapat dilihat dari beberapa argumentasi yang penulis berikan di atas; pertama, Pembagian pada wujud terjadi pada wujud itu sendiri. Kedua, perbedaan pada wujud karena adanya "mahiyah" sebagai batsan dari wujud.

Dari penjelaskan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa makna wujud adalah univokal, bukan ekuivokal---karena segala sesuatu yang beragam terjadi di dalam wujud.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun