Masih ingatkah kita pada program pemerintah memerangi kemiskinan? Krisis berkepanjangan yang melanda hingga sekarang ini tampak semakin memperpuruk keadaan masyarakat kita sampai-sampai pemerintah harus menggulirkan program BLT (Bantuan Langsung Tunai). Istilah Orang Kaya Baru (OKB) tampaknya sudah tak berlaku lagi karena justru yang terjadi malah sebaliknya, yaitu kecenderungan adanya Orang Miskin Baru karena banyak masyarakat (cukup mampu) yang mengaku-ngaku miskin agar diberi BLT. Sungguh tragis dan sangat ironis, karena negara yang kekayaan alamnya melimpah ruah, sudah seperti ayam yang mati di lumbung padi.
Sebuah buku berjudul “Menciptakan Dunia Tanpa Kemiskinan” ditulis oleh Muhammad Yunus, penerima Hadiah Nobel Perdamaian 2006, berisi tentang lika-liku sepak terjangnya bersama Grameen Bank, bank yang didirikannya sebagai upaya untuk menciptakan manfaat ekonomi dan sosial dari bawah. Buktinya, kaum miskin dapat diberdayakan dengan memberikan pinjaman modal tanpa jaminan apa pun, kecuali nyawa mereka. Mulanya sebuah keinginan sederhana agar bisa menolong orang paling miskin di sekitarnya, dengan strategi kredit mikro yang revolusioner Yunus membangun Bank Grameen sebagai salah satu institusi ekonomi paling inovatif sekaligus berpengaruh di dunia, betapa hal itu menunjukkan bahwa Yunus telah melakukan sebuah gebrakan yang sangat fenomenal, yaitu kepercayaannya yang luar biasa kepada kaum miskin.Buku ini dimulai prolog: berawal dari jabat tangan. Dan baru kemudian dibagi dalam tiga bagian, yaitu bagian pertama, Harapan Terhadap Bisnis Sosial, yang dipaparkan tentang bisnis baru yang kemudian pemilahan tentang bisnis sosial: mana yang Ya, mana yang Bukan. Bagian kedua, Eksperimen Grameen, tentang revolusi kredit mikro, kemudian dari kredit mikro ke bisnis sosial. Disini juga dipaparkan tentang bagaimana perjuangan melawan kemiskinan di Bangladesh dan Negara lain. Dalam pemaparan Tuhan ada dalam rincian. Setelah itu, secawan Yoghurt sekaligus. Bagian ketiga, tentang dunia tanpa kemiskinan, yaitu dengan meluaskan pasar; teknologi informasi, globalisasi, dan dunia yang berubah; bahaya kemakmuran, dan terakhir menaruh kemiskinan dalam museum. Akhir buku ini ditutup epilog: “Kemiskinan adalah Ancaman bagi Perdamaian”, ceramah Muhammad Yunus dalam penghargaan Hadiah Nobel yang disampaikan di Oslo, Norwegia, 10 Desember 2006. Yunus tidak Sendiri, tapi didampingi sembilan wakil terpilih dari tujuh juta nasabah sekaligus pemilik Bank Grameen. Sungguh sangat menyentuh hati, bahwa dikatakan hadiah ini memberi kehormatan dan kemuliaan tertinggi bagi ratusan juta perempuan di seluruh dunia yang setiap hari berjuang mencari nafkah dan menumbuhkan harapan kehidupan yang lebih baik bagi anak-anak mereka. Lebih lanjut dibahas mulai dari kemiskinan sebagai ancaman bagi perdamaian, kemiskinan adalah penyangkalan terhadap HAM, pengemis pun mampu berbisnis, teknologi informasi bagi orang miskin, ekonomi pasar bebas, bisnis sosial Grameen, pasar saham sosial, peran bisnis sosial dalam globalisasi, sampai menaruh kemiskinan dalam meseum.Dalam buku ini, Yunus bahkan melangkah jauh lebih ke depan. Bersama Danone salah satu perusahaan makanan terbesar di dunia Bank Grameen mewujudkan “Bisnis Sosial” sebuah praktik ekonomi berwatak mulai yang salah satu tujuan utamanya ialah menciptakan dunia tanpa kemiskinan. Yunus membeberkan ide itu sekaligus cara mewujudkan, namun dalam buku ini Yunus mengajukan alternatif dan kesempatan yang bisa menyelamatkan jutaan orang miskin. Muhammad Yunus merupakan tokoh yang layak jadi panutan, inspirasi dan teladan bagi para pengambil keputusan Indonesia. Buku ini bahkan bisa membuat mata kita meleleh demi menghargai totalitas pengabdiannya pada kaum miskin. Bahwasannya buku ini tepat hadir di Indonesia yang tengah dilanda krisis ekonomi, krisis sosial, dan juga krisis kepemimpinan. Buku yang cocok sekali dibaca antara lain oleh para eksekutif perusahaan dan institusi, politisi, manajer, pengambil kebijakan, pekerja sosial, serta aktivis agar tahu persis seperti apa upaya penghapusan kemiskinan yang konkret dengan tetap berbasis pada aktivitas ekonomi yang sehat, bukan filantropi atau penipuan berkedok kepedulian sosial. Akhirnya, kita bisa menyimpulkan apa yang dilakukan Yunus dalam buku ini adalah sebuah totalitas keberpihakan pada kaum miskin. Semangat yang kita dapat dari usaha Muhammad Yunus- peraih hadiah Nobel Perdamaian, begitu besar jasanya mendirikan sekaligus memelopori lahirnya Grameen Bank (Grameen berarti daerah pedesaan atau kampung) untuk kaum papa di Bangladesh-dalam mengentaskan kemiskinan dunia. Menangkap semangat, kita dapat memerangi kemiskinan dengan memberdayakan masyarakat, terutama masyarakat miskin, dengan memberikan pinjaman demi bergeliat usaha masyarakat untuk melepaskan dari jerat kemiskinan, betapa kita memang harus menjalin keberpihakan pada kaum miskin.
Lain dari sebuah buku yang ditulis oleh Muhammad Yunus yang berjudulkan menciptakan dunia tanpa kemiskinan.Telah saya temukan seorang narasumber dari seorang aktivis,sebut saja Bang Tarjo yang berperan aktif di lembaga sosial,budaya,HAM,dan kesejahteraan masyarakat,menurutnya hak-hak hidup dari kemiskinan dari paparan dan pengalamannya kemiskinan itu bisa dirubah atas kerja sama suatu golongan masyarakat dan pemerintah.Salah satu contohnya hal pemberdayaan dan pemanfaatan.
Dimana pengalaman beliau telah memanfaatkan suatu ruang lahan kosong hijau yang terlantar dan menurutnya itu adalah lahan sengketa yang rencananya akan dibangun sebuah stadion berskala internasional berlokasi di Papanggo/Sunter Tanjung Priuk yang bernama lahan Taman BMW ( Bersih Manusiawi Wibawa ).Beliau telah merencanakan suatu pemberdayaan terhadap masyarakat di wilayah lahan tersebut,contohnya membuat suatu komunitas-komunitas dari bidang pertanian dan pemanfaatan limbah dan garasi perparkiran.Dari situlah program yang direncanakan oleh beliau terkait pula azaz pemanfaatan kaum miskin untuk meraih kesejahteraan,namun beliau yakin kemiskinan itu bisa dirubah atas dasar kemauan dan adanya kesempatan.Apa yang selama ini beliau kerjakan,beliau telah membuat program-program kelompok pertanian sayur mayur yang dimana program tersebut bisa membantu tambahan kehidupan bagi masyarakat dan membantu program pemerintah dalam suatu penghijauan serta perekonomian daerah.Lain hal nya beliau juga melakukan kerja sama antara tokoh masyarakat,tokoh pengurus RT/RW,pemuda karang taruna,dan pemerintah setempat.Beliau membentuk program kerja : (FBWP)FORUM BERSAMA WARGA PAPANGGO.Visi dan Misi dari program FBWP tersebut yaitu menjaga lahan untuk kemanfaatan masyarakat dan membuat kestrukturan rancangan wacana kerja,selama lahan tersebut belum digunakan oleh pihak-pihak yang terkait dan kedepannya bila mana program tersebut dimulai oleh pemerintah atau pihak yang terkait menjadi program kerja otonomi daerah.
Alhasil dari perjuangan yang dia rintis ia terlibat suatu komunitas LSM(Lembaga Sosial Masyarakat) JRMK(Jaringan Rakyat Miskin Kota) dalam naungan KONTRAS(LSM Aliansi Munir),dan beliau selama ini ditugaskan untuk membantu hak-hak kehidupan orang miskin untuk kesejahteraan beliau menjadi advokasi untuk memimpin penuntutan hak-hak sosial masyarakat yang tertindas dan terampas menjadi solusi,yang sering terjadi di lahan sengketa dimana lahan tersebut sebagian besar orang-orang miskin,orang-orang terlantar dan rumah-rumah kumuh yang berada di lahan tersebut.Menurut suatu kebijakan-kebijakan dimana adanya suatu gerakan atau eksekusi pengosongan seharusnya bukan dari edaran atau surat pemberitahuan saja bahwa tempat tersebut akan di eksekusi.Namun kebijakan beliau seharusnya itu dapat direncanakan dalam pembuatan kesepakatan terhadap tokoh-tokoh masyarakat yang bertempat di lahan tersebut,yang beliau paparkan kesepakatan itu seharusnya bukan wacana atau rencana lahan tersebut akan di gunakan oleh pihak pemilik lahan.Tetapi kesepakatan dibuat dari satu solusi bagaimana masyarakat yang bertempat tinggal di lahan tersebut dapat melangsungkan hidupnya dan tidak terampas hak-hak nya.Agar rencana si pemilik lahan dan masyarakat menjadi suatu dukungan yang erat dan terlaksananya dorongan program untuk lahan tersebut.
Misalkan sekelompok masyarakat yang bertempat tinggal di lahan/sengketa bisa diajak musyawarah didalam suatu rencana akan di buat apa lahan tersebut maka sekelompok masyarakat bersama membantu apa yang akan direncanakan,misalkan saja masyarakat mengetahui bila lahan tersebut dibangun untuk pembangunan fasus dan fasum maka dengan sendirinya masyarakat akan membongkar rumah dan pindah alih tanpa harus bertentangan dengan hak-hak sosial.Apa yang harus dilakukan oleh masyarakat bila lahan tersebut segera dikosongkan masyarakatpun akan membongkar bangunannya tanpa harus dihancurkan sehingga dapat memanfaatkan sisa-sisa bangunan untuk dijual dan dijadikan modal pulang ke kampung halamannya,sehingga masyarakat yang miskin tidak menjadi lebih terpuruk dalam kemiskinan.
Menurut paparan beliau selanjutnya kemiskinan itu menjadi terbagi dalam beberapa hal :
vMiskin karena tidak keberdayaan
vMiskin karena tertindas
vMiskin karena ketidakmampuan
1).Miskin karena tidak keberdayaan
Menurut beliau banyak masyarakat yang bangunan rumahnya terkena eksekusi karena ketidakberdayaannya untuk menentang eksekusi tersebut dan hanya pasrah walau seisi didalam rumahnya terporak poranda sehingga sandang kebutuhannya hancur tanpa tersisa sedikitpun.
2)Miskin karena tertindas
Seseorang yang hidupnya dan asal muasalnya tidak jelas atau terlantar karena faktor keluarga atau perbudakan,misalkan pengusiran atau perampasan hak-hak nya
3)Miskin karena ketidakmampuan
Dalam hal ini sebagian di dalam masyarakat ada yang hidupnya atau keturunannya yang tidak menunjang pendidikan sehingga kurang memahami tujuan hidup untuk masa depan dan keturunan,hanya sebatas hidup untuk berharap dan bertahan.Sehingga kemampuannya sebatas menerima belas kasih dari orang lain.Contohnya GEPENG(Gelandangan dan Pengemis)
Menyikapi dari pengalaman narasumber seorang aktivis Bang Tarjo,bahwa kemiskinan itu sudah menjadi suatu cerita umum dan kerap kali banyak mencari suatu solusi dari pihak-pihak golongan namun hasilnya kemiskinan tidak akan pernah berangsur.Hanya menjadi fenomena cerita kesedihan,pemanfaatan, dan alasan untuk memerangi kemiskinan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H