PALESTINAÂ -- Harapan besar ekonomi Palestina ada di sektor Pertanian. Berdasarkan data yang dihimpun, Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi (CEPR), sektor pertanian menyerap 13.4 persen populasi di Palestina secara formal dan secara informal mempekerjakan sekitar 90 persen penduduk.
Saat ini, sektor pertanian memberikan peluang kerja yang menyelamatkan banyak keluarga di Gaza. Namun, di Tepi Barat, pertanian telah menjadi gaya hidup sejak dulu. Sektor ini menjadi identitas budaya serta berpeluang untuk menyerap banyak tenaga kerja.
Saat ini kontribusi pertanian di Palestina mengalami penurunan seiring waktu. Tahun 1967, sektor pertanian berkontribusi lebih dari 50 persen terhadap produk domestik bruto Palestina, 1980 berkurang menjadi 30 persen, hingga di tahun 2020 hanya di angka 6,6 persen.
Demi mendukung kembali pertanian di Palestina, Aksi Cepat Tanggap meluncurkan program Wakaf Pertanian.
Said Mukaffiy dari Tim Global Humanity Response-ACT menjelaskan, produktivitas pertanian untuk tahap awal akan dilakukan di Gaza. Program ini diharapkan dapat membuka banyak lapangan pekerjaan untuk masyarakat Gaza.
"Berbagai program telah kami implementasikan, sektor pertanian menjadi salah satu yang diharapkan karena berkaitan dengan kesediaan pangan bagi warga Palestina," ujar Said.
Atef Muhammad Alhajj Ali, salah satu petani di Jabalia, Gaza utara, menceritakan, ia saat ini membutuhkan bantuan untuk memulai kembali pertaniannya. Â Selama 25 tahun bertani, Atef memiliki lahan seluas dua hektar untuk di tanami Zaitun. Namun lahan ini telah dihancurkan oleh pemukim Israel. Saat ini Atef kehilangan mata pencaharian. "Semoga dengan bantuan pertanian, kami para petani bisa kembali menanam Zaitun dan memenuhi kebutuhan di pasar Jabalia," ujar Atef.[]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H