Mohon tunggu...
Riski Septiawan
Riski Septiawan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Silent reader yg ndableg

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kecurangan Politik Sudah Sistemik, Apakah Kita Juga Harus Curang?

12 Mei 2013   12:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:42 595
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Banyak orang tua memberi nasehat kepada anak-anaknya, jadilah orang sesuka kalian, asal jangan jadi politikus.

Politik itu kotor nak, kamu tidak bisa kecemplung di dunia politik tanpa kecipratan kotornya. Politik itu hutan rimba nak, kamu tidak boleh lengah dan salah sedikitpun kalau tidak ingin dimangsa oleh karnivora kelaparan. Politik itu jebakan labirin nak, sekali masuk, kamu akan semakin terjerembab kedalam lorong labirin gelap, tersesat, tak tahu mana arah yang benar. Begitu petuah-petuah orang tua kepada anaknya.

Tapi pak, tapi bu, politik itu keniscayaan untuk mewujudkan Indonesia lebih baik, tak ada satupun bentuk masyarakat yang tidak memiliki fungsi politik, system politik yang rusak itu bukan karena eksistensi fungsi politik itu sendiri, melainkan karena oknumnya, pelakunya, yang busuk, biadab dan keparat. Sejak jaman Nabi adam hingga jamannya Adam Suseno, telah banyak contoh bahwa system politik tak selamanya buruk, tergantung dan sangat tergantung dari integritas penggerak sistemnya.

Dengarlah pak, pikirkan bu, kita tak bisa memperbaiki tatanan masyarakat Indonesia hanya dengan menyeru orang lain, dari pintu ke pintu, dari forum ke forum, dari seminar ke seminar, sangat lama pak, tidak efisien bu. Yang terpenting adalah,bagaimana kita melihat kekuasaan politik, bagaimana prinsip kita dalam mendapatkan kekuasaan, dan bagaimana idealisme kita setelah mendapatkan kekuasaan.

Nak, dalam system politik yang rusak seperti Indonesia, dimana kecurangan-kecurangan senantiasa menghiasi proses politik, tidak mungkin kita dapat memenangkan kekuasaan, mau tidak mau, mampu tidak mampu, kita harus belajar bagaimana caranya melakukan kecurangan agar kita dapat menang. Lihat saja berita terkini nak, bahkan selevel partai dakwah yang orang-orangnya alim pun sangat permisif kepada kecurangan, menggunakan segala cara, demi besarnya partai, demi tercapainya kekuasaan.

Sebentar bu, apa benar system politik Indonesia sudah demikian rusaknya? Belum bu, belum rusak, ibu lihat pilgub Jakarta kemarin yang dimenangkan Jokowi, Ibu lihat pilwali Surabaya 2010 lalu yang dimenangkan oleh Bu Risma, Ibu lihat integritas MK yang dipimpin oleh Mahfud MD dalam memutuskan kasus-kasus, Ibu lihat penguasa-penguasa yang ditangkap KPK itu, ibu lihat tulisan-tulisan dan komentar-komentar di kanal politik sosial media. Lihatlah bu, lihatlah, Jokowi masih bisa menang ditengah kecurangan sistemik, rakyat Surabaya masih tahu mana kandidat yang tulus mengabdi dan yang tidak, rakyat masih bisa membedakan mana pihak yang curang dan tidak, lihatlah bu, MK masih bisa memutuskan mana pihak yang benar dan salah secara adil, lihatlah bu, penulis dan komentator di kanal politik sosial media juga masih terus setia dan senantiasa mengkritik oknum politisi yang keblinger, lihatlah bu, KPK dan pengadilan tipikor masih mampu memenjarakan politisi yang menyalahgunakan kekuasaannya, dan masih banyak yang lain.

Ibuku, kita tidak harus curang untuk menang untuk melawan musuh yang curang. Kita berbeda dengan mereka, kita memiliki cita-cita besar melebihi kebutuhan fisiologis semata, lihatlah, cita-cita mereka hanya mentok pada harta, tahta, wanita dan toyota. Bayangkan bu, kalau perilaku dan cara kita dalam mengalahkan mereka ternyata sama curangnya dengan mereka, lantas apa yang membedakan kita dengan mereka? Tidak ada bu, kecurangan yang kita lakukan akan berbalik membunuh cita-cita besar kita sendiri, apa kata dunia, bu?

Sekian, salam hormat untuk admin dan rekan kompasioner.

Gubug kebahagiaan, 12/05/2013 12:16

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun