Mohon tunggu...
Mochamad Riski Wardana
Mochamad Riski Wardana Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Bagong merupakan sapaan akrab dari pria asal Kota Malang ini. Sejak kecil dia tertarik dengan dunia kepenulisan, mulai dari menceritakan kembali cerita apa yang telah dia baca sampai saat ini memututskan untuk membuat artikel opini. Dia tertarik dengan hal hal yang berbau investigasi dan kriminologi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Potensi dan Ancaman Adanya Cross Culture pada Kehidupan Kampus di Kota Malang

14 Januari 2024   21:10 Diperbarui: 14 Januari 2024   21:11 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : Dokumen Pribadi

Kota Malang dikenal sebagai kota pendidikan. Hal ini disebabkan karena banyak sekali kampus yang berdiri di kota ini. Mulai dari kampus top seperti Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Muhammadiyah Malang sampai beberapa kampus kampus swasta yang mungkin asing di telinga. 

Banyaknya kampus di Kota Malang tentunya membuat mahasiswa dari penjuru kota berdatangan untuk menimba ilmu. Beberapa dari mereka beralasan bahwa di daerah mereka tidak ada kampus yang baik, sementara beberapanya lagi memilih untuk mencari "Alternatif" disaat kampus kampus top lain seperti Universitas Indonesia, Universitas Gadjahmada, dan lain lain sedang ketat ketatnya persaingan.

Sebenarnya ada banyak sekali faktor yang membuat mahasiswa berkuliah di Malang. Selain karena biaya hidup yang murah, mayoritas menganggap Kota Malang memiliki hawa yang sejuk sehingga terasa healing setiap hari, selain itu ada banyak pula wisata yang tersebar di Malang Raya sehingga mereka tidak bingung untuk menghabiskan akhir pekan. Dua hal ini yang membuat mahasiswa berbondong-bondong mengabdi di Kota Malang. Tentunya mereka berasal dari beberapa daerah, etnis, agama, golongan, dan latar belakang yang berbeda beda. Sehingga demografi di Kota Malang menjadi lebih beragam serta membentuk suatu kesatuan yang utuh. Beberapa dari mereka juga sampai memilih untuk menetap dan berkarir di Kota Malang usai menyelesaikan studinya.

Awalnya semua biasa saja, namun kelamaan gelombang kedatangan mahasiswa terus bertambah. Mahasiswa yang berasal dari suatu daerah awalnya hanya segelintir lama kelamaan mulai mendominasi. Sampai ada stigma yang mengatakan bahwa suatu kampus hanya berisi mahasiswa dari daerah itu itu saja. Misalnya UB dan UMM yang identik dengan banyaknya mahasiswa yang berasal dari Jakarta, UM yang mahasiswanya kebanyakan dari daerah mataraman (Tulungangung, Trenggalek, Blitar, Kediri, Nganjuk, dsb), Unisma yang kebanyakan mahasiswanya berasal dari Madura, Unitri yang kebanyakan mahasiswanya berasal dari NTT, dan lain sebagainya. Terbentuknya anggapan seperti ini disebabkan oleh beberapa hal. Selain faktor diatas, ada faktor lain seperti program beasiswa kampus yang sengaja mendatangkan seseorang dari daerah tertentu untuk menjadi mahasiswanya.

Sebenarnya hal ini tidak masalah, karena sejak kecil kita selalu diajarkan untuk menerima perbedaan. Sejak bangku sekolah dasar kita selalu diajarkan mengenai "Bhinneka Tunggal Ika" yang berarti berbeda beda tetapi tetap bersatu jua. Masuknya pendatang untuk berkuliah di Malang tidak serta merta mengganti posisi warga lokal, nyatanya warga lokal juga masih ada yang berkuliah di beberapa kampus yang telah saya sebutkan diatas. Hadirnya pendatang untuk berkuliah membawa dampak positif berupa peningkatan ekonomi pada masyarakat lokal Malang. Peningkatan ekonomi tersebut berasal dari usaha akomodasi mahasiswa seperti persewaan kost, berjualan makanan, laundry, jasa ketik, dan lain sebagainya.

Namun ada satu fenomena yang terjadi akibat berdatangannya pendatang. Yakni cross culture atau bauran budaya antara budaya asing yang dibawa oleh pendatang dengan budaya lokal/asli malang. Hal ini dapat dilihat jelas pada kehidupan mahasiswa di Malang, misalnya mahasiswa UB yang notabenenya orang Jakarta selalu membawa mobil atau vespa matic tiap ke kampus, mahasiswa Unisma yang selalu membawa motor aerox, atau mahasiswa UM yang selalu membawa motor vario andalan. Bukan hanya sekedar kendaraan, sebenarnya masih banyak budaya budaya lain yang dibawa oleh pendatang dimana budaya ini sangat terasa kental perbedaanya. Dari segi positif, adanya cross culture seperti ini memberikan insight bagi kita mengenai beragam budaya. Kita menjadi lebih tahu akan budaya orang lain dan bila perlu kita dapat mempelajarinya.

Akan tetapi, ada satu hal yang membuat cross culture seperti ini perlu diperhatikan. Cross culture dikhawatirkan mampu mengasimilasi pikiran masyarakat sehingga mereka melupakan culture asli yang sudah ada pad diri mereka sejak lahir. Seperti contoh, Mahasiswa UB banyak menggunakan kata ganti orang "Lo" "Gue" dalam kehidupan sehari hari. Karena dirasa cukup keren, akhirnya mahasiswa lain juga ikut ikutan ngomong "Lo" "Gue" padahal bukan orang Jakarta. Tentunya hal ini sangat disayangkan, penggunaan kata "Lo" "Gue" dapat menurunkan eksistensi bahasa jawa mengingat mahasiswa yang ikut ikutan ngomong seperti itu kebanyakan juga berasal dari jawa. Sebenarnya budaya ini bukannya tidak bagus, melainkan sangat disayangkan saja apabila sampai menghilangkan budaya lokal.

Perlu adanya kesadaran dalam menyikapi fenomena ini. Manusia memang cenderung penasaran untuk mempelajari hal baru, namun bukan untuk mengganti hal yang lama. Adanya cross culture pada kehidupan kampus di Kota Malang dapat disikapi dengan mengadopsi sekiranya budaya mana yang menguntungkan namun tetap tidak lupa pada jati diri sebenarnya. Mengadopsi culture orang lain tidak salah, justru itu membuat kita lebih adaptif dalam menyikapi perkembangan zaman. Semoga dalam artikel ini memberikan pengetahuan kepada membaca mengenai pentingnya adaptasi culture dalam kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun