Artikel ini dibuat bukan untuk menjelek-jelekkan personal maupun golongan. Artikel ini juga tidak dibuat untuk mengujar kebencian. Artikel ini dibuat berdasarkan pandangan pribadi penulis, membuatnya pun harus melewati serangkaian riset terlebih dahulu.Â
Sehingga seluruh fakta yang ada di dalam artikel ini terbukti dan tidak asal asalan. Mohon maaf apabila artikel ini dirasa memilikki banyak kekurangan, baik dari segi teori maupun argumen. Semoga kekurangan tersebut dapat menjadi evaluasi untuk kedepannya.
Akhir akhir ini, kita dihebohkan dengan isu yang cukup panas. Isu yang kemungkinan dapat melahirkan perspektif yang berbeda dalam masyarakat. Apalagi kalau bukan isu dualisme antara Ganjar Pranowo dengan Puan Maharani dalam tubuh partai PDIP.Â
Isu ini menimbulkan perdebatan dari kalangan masyarakat hingga pengamat politik sekalipun. Pasalnya, kedua figur ini digadang gadang sebagai Calon Presiden Indonesia periode 2024-2029.Â
Puan Maharani murni diajukan oleh PDIP sebagai calon presiden, sementara Ganjar Pranowo diajukan sebagai calon presiden karena keinginan masyarakat. Lantas, apakah benar kedua figur ini saling bersaing untuk merebutkan kursi calon presiden? Ataukah isu ini hanyalah sebuah gurauan?
Seperti yang kita ketahui, bahwa dualisme ini lahir dari perbedaan latar belakang. Pak Ganjar yang diusung sebagai calon presiden karena loyal dan berwibawa. Sedangkan Bu Puan yang diusung sebagai calon presiden karena memang sudah menjadi planning awal dari partai PDIP.Â
Tentunya hal ini akan menimbulkan polemik, pasalnya dua figur ini saling berlawanan di mata masyarakat. Masyarakat menilai bahwa perseteruan Ganjar dan Puan ini ibarat bumi dengan langit. Sangat jauh sekali perbedaannya.
Banyak orang yang mendukung Ganjar Pranowo sebagai presiden, karena selain dikenal dengan sosok yang tegas, Ganjar Pranowo juga dikenal sebagai figur dengan empati yang tinggi terhadap masyarakat. Beberapa media banyak sekali yang menyorot sikap beliau manakala memutuskan perkara dengan masyarakat.Â
Beliau selalu adil dan bijak dalam memutuskan suatu masalah, sehingga masyarakat selalu merasa diuntungkan dengan kehadiran beliau. Lalu, bagaimana dengan Puan Maharani? Apakah loyalitasnya juga sama seperti Ganjar Pranowo?Â
Bisa jadi iya, beliau sendiri juga punya simpatisan yang begitu banyak. Meskipun yang membenci beliau juga tak sedikit.
Adanya dualisme ini mengingatkan kita pada peristiwa serupa yang terjadi di dalam partai ini. 27 Juli 1996, Soerjadi kala itu berniat mengambil alih Kantor DPP PDIP di Jakarta, tindakan itu beliau lakukan sesuai dengan hasil KLB Medan yang menyatakan bahwa Soerjadi adalah Ketua umum PDIP.Â