Badan ini terasa kaku untuk digerakan. Gimana bisa aku yang tidak memiliki bakat menari dipaksa ibu untuk masuk sanggar ini. Norak,kusam,orang-orangnya juga kurang menarik. Namaku Kinara Larasati. Gadis 16tahun yang tidak ada keturunan dari seorang penari,kakekku adalah mantan kepala sekolah sedangkan nenekku pengusaha catering,tidak ada darah seni dalam keluarga kami. Entah kenapa ibu ingin menjadikan aku seorang penari,tapi katanya sih agar aku menjadi seperti mimpnya. Minat sedikitpun untuk menjadi penari saja tidak. Makanya aku jalankan dengan berat hati. Sudah 2 minggu aku masuk sanggar. Tarian pertama yang aku pelajari adalah tari saman,tarian khas Aceh yang dilakukan sambil duduk. Coba kalian bayangin seandainya kita harus duduk berlama lama sambil menggerakan tangan dengan lincah,duduk sebentar saja sudah kesemutan,bagaimana lama?
Guru tari ku namanya Ka Ayu memang sih tidak seperti anak muda,tapi kalau kalian percaya dia baru berumur 21tahun. Dia anak pemilik sanggar ini,ibunya sudah lama meninggal,sekarang Ka Ayu dibantu Bu Mira untuk mengajar nari. Jurusan Ka Ayu adalah guru tari dikampusnya,jadi jangan heran seandainya kita melihat dia menari dengan lemah gemulai. “Gini loh caranya hap..hap..tap..dam dam dam” sambil menggerakan tanganku.”Ka Ayu aku tuh ngga bakat nari,mau diajarin sampe sejuta kali juga ngga akan bisa”. Akhirnya tak beberapa lama jam latihan pun selesai. Aku dengar sebentar lagi ada lomba menari daerah antar sekolah,aku tidak peduli lomba apapun itu yang berhubungan dengan menari aku tidak ingin ikut. “Kinar kamu kaka daftarin lomba ya,kamu suka nari apa?” kata Ka Ayu dengan senyum. “Ka aku ngga mau ikut ah,apaa sih nari? Yang keren kek gitu ka” dengan muka cemberut. “Yaudah kamu kaka daftarin lomba tari jaipong. Besok kamu wajib dateng untuk latihan” lalu meninggalkan aku didepan pintu sanggar.
Berjalan menuju parikiran motor aku memasang wajah kesal. “Ih pasti ini idenya ibu deh aarrrgghh ibu tuh apa banget deh pake nyuruh aku ikut lomba segala”menggerutu dalam perjalanan. Duarrrrrrr ketika aku tersadar aku telah menabrak tempat sapah dipinggir jalan. Degan refleks orang-orang sekitar pun memperhatikanku. Dengan wajah kemerahan akupun ,e,benarkan posisi tempat sampah . Kemudian aku melanjutkan perjalanan pulang. Jarak rumah-sanggar hanya 30 menit.
Sesampainya dirumah aku langsung masuk tanpa menutup pintu gerbang. “Ada apa Kinar sayang? Kok mukanya cemberut gitu sih? Ngga cantik tau”kata ibu menghampiriku. “Ini pasti idenya ibu kan yg nyuruh Ka Ayu buat aku ikutan lomba?” duduk didepan tv,ibu pun mengikutiku. “Lomba apa? Ibu ngga tau”.”Tuhkan ibu bohong udah deh bu jujur aja”sambil mengambil memakan cemilan yang ada diruang tv. ”Habis kamu kalau ibu lihat setiap nari ngga semangat,makanya ibu inisiatif daftarin kamu lomba”mengusap kepalaku. Tanpa bicara apa apa aku berjalan menuju kamar. “Bu Pokoknya Kinar ngga mau ikut!”setengah teriak dari dalam kamar. Merebahkan badan diatas tempat tidur membuatku terlelap sampai lupa makan dan mandi. Jam dikamarku sudah menunjukan pukul 7 malam. Kakak ku Alia mengetuk pintu kamarku “Kinar kamu ngga makan? Ibu sama Ayah sudah nunggu dibawah”. Dengan cepat aku meraih gagang pintu dan membukanya “Iyalah ka aku makan kan lapeeeeerrr”memegang perut yang kelaparan. Selesai mandi aku menuju meja makan. “Nih lihaaaat ibu sudah masakin makanan kesukaan Kinar” dengan muka sumringah ala ibu. Sebenarnya buka aku saja yang menyukai menu itu tetapi Ka Alia pun menyukainya. Makan malam kali ini sangat nikmat dan kami semua makan dengan lahap. Kata ayah seandainya mengobrol dimeja makan susah mengontrol diri untuk berhenti mengunyah. Makanya setiap selesai selesai makan kami menuju ruang tv untuk mengobrol. “Ayah dengar kamu ikut lomba nari jaipong,benar itu?”sambil meminum kopi buatan ibu. “Iya emang yah,dan 3 minggu lagi perlombaannya”menonton acara tv. “Berarti harus latihan yang semangat biar kamu jadi juara”ayah yg diam diam mengganti channel tv. “Sudah malam,kurang baik anak kecil tidur diatas jam 10”yang malah menonton berita. Ternyata tanpa kami sadari jam sudah menujukan pukul 10 malam. “Iya iya aku tidur”aku dan Ka Alia berjalan menuju kamar masing masing. “Kinar bangun katanya kamu latihan hari ini,ayo bangun” suara teriak ibu yang berhasil membangunkanku pagi ini. “Kinar ngga mau latihan!”menutup selimut kembali. “Kinar ngga mau wujudin mimpi ibu ya? Jadi ibu salah selama ini sama kamu?”duduk disampingku. “Ibu mulai deh,iya Kinar latihan kesanggar ya asal ibu ngga kayak gitu lagi”mengambil handuk dibelakang pintu. Selesai semua aku pun segera berangkat menuju sanggar.
Kebetulan jalan sepi entah ada acara apa,yang jelas perjalananku menuju sanggar jadi lebih cepat.
Sesampainya disanggar ternyata Ka Ayu sudah menungguku. “Dari mana aja? Kita kan janjian jam 9”nada setengah marah. “Maaf aku telat”wajah menyesal ala aku. Aku segera menuju ruang ganti untuk mengganti baju untuk menari. Latihan dimulai,dengan gerakan sebisa ku Ka Ayu memakluminya. “Masih kaku,harus rajin pertemuan seandainya kamu ngga ada perubahan”sambil memperhatikan murid yang lain. “Hah? Harus sering kesanggar ka?”sambil mendadak jatuh karna kelelahan. Berhubung ini diluar jadwal jadi hanya sebentar saja. Latihan pun dicukupi oleh Ka Ayu. “Ka aku latihan dirumah aja gimana? Biar lebih fokus dan cepat bisa”merayu agak diperbolehkan. “Oke Kaka izinin kamu untuk latihan dirumah,syaratnya H-2 sebelum lomba kamu harus ke sanggar untuk lihat perkembangan tarian kamu”berjalan menuju parkiran motor.
Setibanya dirumah aku cepat menuju kamar. Kebetulan dirumah hanya ada ibu. Mengambil kaset yang tadi sudah diberikan oleh Ka Ayu. Karna dalam waktu dekat ini aku tidak kesanggar jadi dia meminjamkanku kaset menarinya pada ku. Aku tidak ingin ibu mendengar suara tarinya maka aku kecilkan suara tape. Aku tidak ingin merusak mimpi ibu. Aku ingin ibu tersenyum karna aku. Sedikit demi sedikit aku sudah menguasai gerakannya. Sepulang sekolah aku selalu mengulangi gerakan demi gerakan. Sudah H-5 menuju lomba. “Kinar gimana narinya? Sudah bisa?”dari balik pintu ternyata Ka Alia memperhatikanku. “Sedikit demi sedikit ka,belum terlalu luwes”membuka pintu kamar. ”Hari Kamis aku ke sanggar,gimana kalau Kaka ikut?”yang mulai bangga dengan gerakanku. “Boleh,kaka mau lihat”tersenyum menghadapku.
H-2 tiba,aku dan Ka Alia berangkat menuju sanggar pagi itu waktu dijam tanganku menunjukan jarum panjang diangka 8. Tiba disanggar ternyata tidak ada satu orangpun disana. Tak lama kemudian Bu Mira datang menghampiriku. Ternyata Ka Ayu tidak bisa datang ke sanggar dikarnakan harus menghadiri acara pernikahan sahabatnya. Aku dan Ka Alia pamit pada Bu Mira untuk kembali kerumah.
“Maaf ka,kaka ngga bisa lihat aku nari hari ini”wajah kecewa yang aku tunjukan. “Kaka masih bisa lihat dirumah atau nanti ketika kamu lomba”mencoba menghiburku. Hari menuju perlombaan semakin dekat,semakin sering pula aku berlatih.
Hari ini pun tiba. Aku dengan semangat berangkat menuju lokasi,tak hanya Ka Alia yang mendampingiku tetapi ayah serta ibuku juga. Sesampainya dilokasi Ka Ayu dan Bu Mira sudah datang terlebih dulu. Tarian jaipong adalah tarian pertama yang diperlombakan. Dan aku adalah peserta nomor 3. Keluargaku,Ka Ayu dan Bu Mira menonton diurutan depan. Sudah 2 peserta yang tampil. Kini saatnya aku. Selalu ingat pesan Ka Ayu tetap tenang dan percaya diri. Aku menari dengan percaya diri. Akhirnya aku mendapat tepuk tangan dari penonton. Hanya senyum lepas yang bisa aku berikan pada mereka. Seluruh peserta sudah tampil dan saatnya pengumuman. Tanpa diduga namaku berada pada posisi ketiga. Kata ayah seandainya pemula tidak masalah berapapun peringkatnya. Semua keluargaku memberikan selamat pada ku termasuk guru tari ku.
Setelah pengalaman lomba tari perdana ku itu lulus SMA aku mengambil jurusan tari persis seperti Ka Ayu.
Kini aku sudah menjadi penari sungguhan seperti layaknya penari profesional. Aku sudah diundang diberbagai acara resmi. Sudah pula keluar negri sebagai perwakilan negaraku. Bahagia yang saat ini aku rasakan adalah dimana keluarga bisa bangga terhadapku dan aku mewujudkan mimpi ibu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H